Dulu Angker, Gua Maria Yogyakarta jadi Tempat Ziarah Umat Katolik
Hujan yang turun pada saat itu tidak menyurutkan semangat umat Katolik yang melakukan wisata religi di Gua Maria Tritis di Gunung Kidul. Wisata religi ini mempunyai arti penting, mengingat waktunya bersamaan dengan berakhirnya bulan Rosario.
Lokasi Goa Maria
Secara administratif, Gua 'Maria Perantara Wahyu' Tritis atau biasa dikenal Goa Maria Tritis terletak di Dusun Bulu, Desa Giring, Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Untuk mencapai lokasi gua ini, wisatawan setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih 55 kilometer atau melakukan perjalanan selama 2 jam dari pusat Kota Jogja.
Gua Maria Tritis merupakan sebuah gua alami yang kini diubah menjadi tempat ziarah dan berdoa, memiliki pesona keindahan yang alami serta suasana religi yang sangat kental.
Memiliki magnet yang unik untuk menarik wisatawan. Khususnya bagi wisatawan yang beragama Katolik. Tak hanya menawarkan suasana religius, gua ini memiliki keindahan alami yang terletak pada stalagmit dan stalaktit aktif.
"Berwisata di Gua Maria Tritis selain menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan juga mendatangkan ketenangan jiwa serta kesejukan hati," ujar seorang peziarah asal Pacet Mojokerto.
Yosephin Sri Mulyati, menuturkan pengalamannya. Ia sudah tiga kali berziarah ke Gua Maria Tritis dan masih ingin datang dan berdoa lagi.
Ada beberapa goa Bunda Maria yang ia kunjungi, seperti yang ada di Sendang Sono, tapi Gua Maria Tritis ini ada nilai plusnya. "Guanya benar-benar asli, bukan buatan, suasananya hening berselimut udara perbukitan yang sejuk. Waktu saya berdoa, Bunda Maria seakan hadir menyapa, membuat saya menangis," ujar Yosephin.
Sejuknya Gua Maria
Kesejukan dalam hati setelah berziarah ke Gua Maria Teritis, juga dituturkan oleh rombongan peziarah dari SDK Karitas III Jalan Simpang Darmo Permai Utara Surabaya.
Jalan menuju Gua Maria Tritis sekarang sudah cukup baik, meski berupa jalan desa, tidak becek. Sehingga memudahkan para peziarah yang datang dari berbagai daerah. Bahkan ada yang dari NTT. "Kebetulan saya berkunjung ke rumah keluarga di Yogyakarta, saya sempatkan ziarah ke Gua Maria Tritis," tutur Maria Kristina seorang mahasiswi asal Flores.
"Saya sempai merinding melihat patung Bunda Maria dalam gua dan patung Yesus Kristus di bibir gua. Di Flores juga ada Gua Maria, tapi Gua Maria Tritis mempunyai magnet tersendiri," kata Kristina.
Untuk melihat Indahnya gua ini, memang diperlukan usaha ekstra bagi wisatawan. Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan dari pusat Kota Yogyakarta, Gua Tritis terletak di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Gunung Kidul, arah menuju ke sejumlah pantai selatan seperti Baron, Krakal hingga Pulang Sawal atau Indrayanti.
Dari jalan raya, pengunjung masih harus berjalan kaki melewati jalan setapak. Terdapat dua pilihan jalur yang bisa dipilih yaitu jalur panjang kurang lebih 1,5 kilometer dan jalur pendek sejauh 500 meter.
Jalan setapak ini memang cukup menantang, terbuat dari batu dan sering ditemui jalanan yang berkelok-kelok. Hal ini memang tak aneh, karena lokasi Gua Maria Tritis yang terletak di daerah perbukitan Gunung Kidul.
Selama perjalanan, wisatawan akan disuguhkan dengan diorama-diorama yang bercerita tentang kesengsaraan Yesus.
Sejarah Gua Maria Tritis
Menurut penuturan warga, sebelum gua ini dikenal seperti sekarang, gua tersebut konon dipercaya merupakan tempat yang angker sehingga tak ada seorang pun yang berani memasuki gua ini.
Ada sebuah cerita, bahwa gua ini dahulunya merupakan tempat bertapa. Banyak pangeran-pangeran dari Kerajaan Mataram yang singgah di tempat ini untuk bersemedi.
Dahulu tempat ini memang tak terawat dan dipenuhi oleh tumbuhan liar. Penemuan terjadi pada tahun 1974, ketika itu seorang anak SD bernama Sanjaya Giring memberitahukan kepada Romo AL Hardjasudarma SJ. Sanjaya mengatakan bahwa ada sebuah gua yang indah di dekat rumahnya, namun dengan keadaan terbengkalai.
Ketika itu, Romo AL Hardjasudarma memang tengah mempersiapkan ekaristi Natal dan ingin membuat gua tiruan untuk memeriahkan acara. Mendengar laporan bahwa ada sebuah gua indah Romo Hardja dan Sanjaya pun melihat tempat tersebut beberapa hari kemudian.
Saat melihat keindahan gua yang begitu alami, Romo Hardja langsung jatuh cinta. Beliau pun mulai membersihkan tempat tersebut dan menjadikannya sebagai tempat berdoa.
Pada tanggal 30 September 1977, Romo Zahnweh SJ yang dibantu dengan Romo Karta Sudarma Pr secara resmi menjadikan gua ini sebagai tempat ziarah dan berdoa.
Goa religi umat Katolik ini juga sering dikunjungi oleh umat beragama lainnya, meski hanya sekadar berwisata dan ingin tahun Gua Maria Tritis.
Saat berjalan menuju gua, pengunjung akan menikmati keindahan alam khas Gunungsewu yang terdiri dari perbukitan, dan kebun jati yang meranggas saat musim kemarau.
Selain itu, sambutan ramah para petani yang sedang mengolah tanah berbatu akan dijumpai jika pagi atau sore hari.
Sampai di mulut gua, akan tampak meja altar yang menghadap ke arah mulut gua. Patung Bunda Maria berada di sisi kanan agak ke dalam.
Di samping kanannya sebuah kolam air yang biasa digunakan untuk mengambil air para peziarah. Suasana tenang karena memang gua itu jauh dari pemukiman warga.
Gua Maria Tritis merupakan lokasi berziarah umat Katolik yang berada di bawah Paroki Wonosari. Beberapa warga memanfaatkan kunjungan peziarah dengan menjajakan pisang rebus, singkong, kacang dan minuman ringan penyeka dahaga setelah menyusuri jalan setapak menuju Gua Maria Tritis untuk berdoa.