Dukungan bagi Palestina Digembosi Sentimen Hamas-Fatah, Ini Fakta
Seringkali dukungan tulus rakyat Indonesia terhadap Palestina dibenturkan dengan isu faksi politik di tubuh Palestina. Lebih-lebih, dibenturkan dengan stigma negatif terkait organisasi militer Hamas.
Narasi itu hanyalah upaya melemahkan fokus menolong warga Palestina yang sedang dalam kondisi terjajah. Demikian kata Ketua Program Koordinator Muhammadiyah Aid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Wachid Ridwan.
Narasi-narasi seperti itu tak ubahnya seperti narasi yang muncul bagi pendukung perjuangan Kemerdekaan Indonesia saat rakya Indonesia sedang berjuang melawan penjajahn dahulu.
"Jadi jangan dikatakan itu kan Hamas yang terlalu keras, sementara Fatah itu lembut dan sebagainya. Sudah dibagi yang seperti itu, Bapak Ibu sering membaca juga kan ketika Pak Soekarno berjuang memerdekaan Indonesia, apakah (perjuangan) beliau seperti Jenderal Soedirman? Tentu tidak,” jelasnya.
Strategi Bukan untuk Kelemahan
“Tapi dua-duanya tidak perlu saling menyalahkan. Pak Soekarno berjuang di jalur apa, Jenderal Soedirman berjuang di jalur apa. Jadi ini terjadi di Palestina, juga terjadi di mana-mana. Jadi jangan dibuat seperti kelemahan apalagi dibuat sebagai perpecahan dan lain-lain. Itulah strategi,” imbuh Wachid.
Dalam forum Syawalan Bersama Palestina TabligMu TV, Sabtu 29 Mei, Wachid berpesan bahwa menolong negara terjajah seperti Palestina harus dilakukan dengan hati yang tulus bersih sebagaimana pesan di dalam Surat Al-Fath ayat 29.
“Ini juga perintah bagi kita untuk saling tolong menolong dan dalam bidang kemanusiaan tidak peduli agamanya apa, karena apa, akibat apa. Ketika menolong harus niatan ikhlas kita menolong. Dengan keikhlasan itu untuk membantu mereka dan insyaallah mereka akan mendapatkan yang terbaik dari apa yang kita perbuat,” jelasnya.
Upaya Konstruktif di Meja Perundingan
Terakhir, dukungan terhadap Palestina menurut Wachid perlu dilakukan melalui upaya yang rasional dan konstruktif melalui meja perundingan.
"Muhammadiyah harus mengambil sikap politik, Palestina harus merdeka sesegara mungkin. Bagaimana caranya ya tentu kita harus approach dan kalau urusannya dengan Israel dan dunia Barat itu (urusan) Kementerian Luar Negeri.
"Karena kita bukan negara, jadi negara yang harus bicara tentang itu. Tapi kita sebagai gerakan Islam, gerakan non state itu kita bisa melakukan dengan mendekati tokoh-tokoh Palestina itu. Jadi mulai diwacanakan kita membuat dukungan politik,” terang Wachid.
“Inilah nanti yang akan saya sampaikan di bagian akhir bagaimana Muhammadiyah di tahap-tahap yang ketiga mulai membuat wacana perdamaian. Bagaimana perdamaian antara Palestina dan Israel bisa terjadi. Tidak hanya damai tidak ada kekerasan di sana tetapi juga harus ada persamaan hak,” tuturnya.