Dukung Kebaya Diakui Unesco, Untag Banyuwangi Bangga Berkebaya
Untuk mendukung kebaya menjadi warisan budaya tak benda oleh Unesco, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, mewajibkan seluruh dosen dan pegawai perempuan mengenakan kebaya setiap hari Selasa. Kewajiban ini bagian dari rangkaian kegiatan Untag Banyuwangi Bangga Berkebaya.
“Untuk dosen dan karyawan setiap Selasa kita wajibkan berkebaya. Yang pria menggunakan batik dan udeng,” kata Rektor Untag Banyuwangi Andang Subahariyanto, Selasa, 9 Agustus 2022.
Bangga Berkebaya ini diluncurkan di halaman Untag Banyuwangi pada Selasa sore. Kegiatan ini juga diikuti Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi secara daring. Dalam kesempatan itu juga digelar fashion show yang menampilkan berbagai jenis kebaya dari mahasiswa Untag.
Andang menginginkan berkebaya setiap hari Selasa ini akan diikuti seluruh mahasiswi Untag Banyuwangi. Namun menurutnya, tidak ada kewajiban bagi mahasiswi untuk ikut mengenakan kebaya pada hari Selasa.
“Kalau Mahasiswa tidak diwajibkan, sifatnya imbauan,” jelasnya.
Dijelaskannya, kebaya merupakan busana khas masyarakat Indonesia. Jika dilihat di masing-masing suku, kebaya yang dipakai memang tidak sama persis coraknya. Tapi modelnya sama yaitu kebaya. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang mengenakan kebaya untuk kegiatan sehari-hari.
“Di kampung itu sudah biasa masih pakai. Seperti di sini masyarakat Using, mereka ke sawah juga pakai kebaya untuk kegiatan sehari-hari juga pakai kebaya,” bebernya.
Lebih dari itu, lanjutnya, kebaya ini sangat potensial. Dari sisi mode, ini merupakan tantangan bagi para desainer untuk mengembangkan kebaya menjadi mode yang tidak kalah dengan pakaian moderen.
“Ini kalau didesain dengan bagus, ini bisa mendorong industri kreatif. Dan kebaya erat hubungan dengan batik, jadi akan tumbuh juga. Kita berharap seperti itu,” tegasnya.
Dalam rangkaian Untag Banyuwangi Bangga Berkebaya ini, setiap bulan akan diadakan berbagai event yang berkaitan dengan kebaya. Seperti podcast, fashion show kebaya on the street dan sebagainya. Kegiatan itu akan dilaksanakan setiap tanggal 9 hingga bulan Desember 2022.
Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk mendukung kebaya menjadi warisan budaya tak benda dari Unesco yang saat ini sedang berproses.
“Ini dalam rangka mendukung Kebaya Goes to Unesco. Karena itu penting supaya kebaya diakui dunia,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Pembantu Rektor I Untag Banyuwangi, Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja, menyatakan, kebaya itu sangat fashionable sehingga tidak kalah dengan pakaian modern. Perempuan yang baru meraih gelar Doktor Bidang Manajemen dari Universitas Airlangga ini mengaku sudah bertahun-tahun selalu mengenakan kebaya setiap hari Selasa.
“Saya kadang mengombinasikannya dengan celana jeans,” jelasnya.
Dia berharap, perempuan tidak lagi menganggap kebaya ini hanya digunakan untuk acara yang bersifat formal. Karena, kata Dia, kebaya sangat mudah dipadukan dengan pakaian lain. Sehingga bisa digunakan untuk acara apa pun.
“Saya berharap perempuan Indonesia terbiasa menggunakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari,” pungkasnya.
Advertisement