Dukung Anugerah Kebudayaan PWI Pusat, Ini Alasan Apeksi
Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Hj. Airin Rachmi Diany, mendukung pelaksanaanAnugerahKebudayaan PWI Pusat. Acara ini, menurut Wali KotaTangerang Selatan, merupakan bagian dari perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2020, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang puncaknya pada 9 Februari 2020.
"Kami, Apeksi, mendukung acara Anugerah Kebudayaan PWI Pusat ini. Sebagai upaya memunculkan tokoh-tokoh kepala daerah, dalam hal ini wali kota, yang memiliki potensi bagus, namun kiprahnya kurang nampak di panggung nasional," tutur Airin saat berkunjung ke Kantor PWI Pusat, Gedung Dewan Pers Lantai 4, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin 11 November 2019 malam.
Kunjungan Airin diterima Ketua Umum PWI Pusat Atal Depari, Sekjen Mirza Zulhadi, Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI-Pusat Yusuf Susilo Hartono, Ketua Panpel HPN 2020 Auri Jaya, dan sejumlah Pengurus PWI Pusat.
Sebagai "ketua kelas" Apeksi, Airin menambahkan, sesungguhnya yang diberi panggung oleh penghargaan ini, tidak hanya wali kota, tapi juga Bupati.
"Tapi saya tidak berani bicara mengatasnakaman bupati, karena itu wilayah Mas Abdullah Azwar Anas, BupatiBanyuwangi, sebagai Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten seluruh Indonesia," ujarnya sambil tersenyum.
Melihat fakta di lapangan yang ada, Airin berpandangan bahwa pemerintah kota di Indonesia sangat beragam. Misalnya, Tangsel yang berada di dekat metropolitan Jakarta, secara kultur dan tradisi-tradisinya tentu berbeda dengan pemerintah kota yang jauh dari ibukota maupun provinsi. Pihaknya berharap, keragaman ini dapat menjadi pertimbangan tim juri.
Ketua Umum PWI Pusat Atal Depari memahami pandangan Airin tersebut. Tentu saja hal ini sudah diantisipasi, karena PWI Pusat sudah mempunyai pengalaman dalam menggelar Anugerah Kebudayaan pertama, pada HPN di Lombok 2016.
Dengan para tokoh yang terpilih antara lain Bupati Banyuwangi Azwar Anas, danWali Kota Bandung Ridwan Kamil yang saat ini menjabat Gubernur Jawa Barat.
Tidak Mundur, Tapi Maju
Yusuf Susilo Hartono selaku Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI Pusat menambahkan, tujuan pokok acara ini adalah untuk memilih bupati/wali kota yang " pro (peduli) kebudayaan dan melek media".
Ia memberikan contoh Banyuwangi, bagaimana dengan kebudayaan lokal dan media, Azwar Anas mampu mengubah "kota santet" itu menjadi maju seperti sekarang. Sehingga masyarakat di Banyuwangi, tumbuh berkembang di era global di atas karakter lokal dan akarnya sendiri. Dan Indonesia hari ini, punya "banyuwangi-banyuwangi" lain, dengan segala variannya, yang perlu diangkat ke permukaan.
"Mohon diperhatikan, Anugerah Kebudayaan PWI ini, sama sekali tidak bermaksud menarik kita mundur ke belakang, ke masa lalu. Justru sebaliknya, mengajak maju bersama, dengan memantaafkan kekayaan warisankearifan lokal masing-masing dan kekuatan positif media massa dan media sosial untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial, menguatkan keragaman dalam kesatuan, dengan karakter kita sendiri," ujarnya menegaskan.
Menjawab Airin, Yusuf lebih jauh menjelaskan, proses anugerah kebudayaan ini dilakukan bertahap.
Tahap Pertama, melalui proposal yang berisi empat aspek pokok:
1. pemanfaatan media massadan media sosial;
2. Peraturandaerahtentangkebudayaan;
3. kebijakan -kebijakan yang inovatif; dan
4. anggaransertasaranaprasaranapendukung.
[email protected] hingga 30 November 2019.
Tahap Kedua, sebanyak 10 proposal terbaik, bupati/wali kotanya akan diundang ke Jakarta, untuk presentasi secara langsung di depan tim juri. Adapun tim juri dari unsure wartawan kebudayaan, budayawan, akademisi dan pengurus PWI Pusat.
Penghargaan, akan diberikan pada puncak HPN 2020 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 9 Februari 2020. Pengalaman HPN 2016, penghargaan Anugerah Kebudayaan diberikan di depan Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri serta tokoh-tokoh pers se Indonesia yang hadir.
Keterangan lebih lanjut hubungi:
Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI Pusat
Yusuf Susilo Hartono ( WA : 0812 8312 7458)
e-mail : [email protected],
[email protected].
Advertisement