Dukun Lagi, Pembunuhan Mojosari Mojokerto
Oleh: Djono W. Oesman
Sinta (26) diracun mati suami, dukun Irfan (26). Peracunnya Supaino (35). Motif: Sinta dituduh menyantet ortu Irfan. Supaino jadi eksekutor, karena ia pasien Irfan dibebaskan dari aji pesugihan. Ini pembunuhan berlatar mistis.
—----------
Peristiwa di Mojosari, Mojokerto, Jatim, Minggu, 16 April 2023 pukul 19.17 WIB. Sinta meninggal Senin, 17 April 2023 pukul 03.35 WIB di RSUD Prof dr Soekandar, Mojosari. Para pelaku ditangkap polisi Selasa, 18 April 2023.
Kapolsek Mojosari, Kompol Kariono kepada pers mengatakan, tersangka otak pembunuhan Irfan ditangkap di rumah ortunya di Pasuruan, Selasa 18 April 2023 pukul 08.00 WIB. Dilanjut, tersangka eksekutor pembunuhan Supaino ditangkap di Sidoarjo, Selasa 18 April 2023 pukul 13.00 WIB. Mereka langsung ditahan.
Konstruksi perkara: Irfan menikah siri dengan Sinta, dua tahun lalu. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan, kini usia delapan bulan. Mereka tinggal di Krian.
Pekerjaan sehari-hari Irfan, dukun. Buka praktik di rumah kontrakan Kalibokor, Surabaya. Jarak rumah dengan tempat praktik sekitar 30 kilometer.
Kemudian mereka pisah rumah. Irfan menikah lagi. Sinta indekos di Mojosari (TKP pembunuhan). Buka praktik prostitusi online. Melayani tamu di situ.
Supaino adalah bekas pasien Irfan. Kepada polisi, Supaino mengaku meracuni Sinta disuruh Irfan, tanpa dibayar. Sebab, dulu Supaino punya aji pesugihan dari Ratu Pantai Selatan, atau kontrak mistis dengan makhluk gaib pemberi kekayaan. Kemudian Supaino minta kepada dukun Irfan, agar dibebaskan dari makhluk gaib itu. Dan sukses.
Karena Supaino merasa utang budi pada Irfan, maka ia mau saja disuruh Irfan meracuni Sinta.
Kronologi pembunuhan. Irfan punya racun tikus merek Temix. Sudah disiapkan untuk membunuh Sinta. Caranya, racun akan dicampur makanan. Irfan minta tolong ke Supaino jadi eksekutor. Dan, Supaino mau.
Supaino membeli kue terang bulan (di Jakarta disebut martabak manis) dan jus melon, kesukaan Sinta. Racun tikus dicampurkan di martabak dan jus melon.
Supaino diajari Irfan, cara mendekati Sinta, gampang. Karena Sinta open booking order alias prostitusi. Pemesanan jasa Sinta melalui aplikasi MiChat. Irfan memberi Supaino nomor kontak MiChat Sinta. Maka, Sinta dipesan Supaino.
Bunyi pesan begini: “.... sekalian aku bawakan makanan. Soalnya aku sudah lama gak makan bareng cewek.” Dijawab Sinta: “Ok, kutunggu. Tarifnya 400 ya.”
Minggu, 16 April 2023 sore Supaino berangkat menuju kamar kos Sinta. Naik motor Honda Vario nopol W 3558 VS. tiba pukul 19.00 WIB. Supaino langsung masuk kamar Sinta.
Pengakuan Supaino kepada polisi, ia tidak berhubungan seks dengan Sinta. Ia hanya memastikan agar martabak dimakan dan jus melon diminum Sinta. Jadi, begitu Supaino masuk kamar Sinta, langsung menyerahkan martabak dan jus melon.
Ternyata Sinta langsung makan martabak. Segigit-dua gigit, dia mengatakan ke Supaino bahwa martabaknya aneh. Rasanya pahit. Tentu, Supaino grogi keras. Tak berkata apa-apa. Sinta habis makan sepotong, tidak dilanjutkan. Lalu, Sinta cepat-cepat minum jus.
Kiri kena, kanan kena. Kali ini, Sinta mengeluh jusnya juga pahit. Tapi, karena kepahitan di martabak, maka dia gelegak jus dalam volume cukup banyak.
Setelah itu, ambyar… Sinta batuk-batuk, dilanjut muntah-muntah. Lantas teriak-teriak kesakitan di tenggorokan. Para tetangga penasaran, mendatangi kamar kos Sinta yang terbuka.
Sementara, Supaino pelan-pelan, mindik-mindik, jalan menuju motornya. Kemudian kabur.
Tetangga kos bernama Isa Nur Robah menolong Sinta dengan memberi minum air. Tapi tetap saja, Sinta muntah-muntah. Badan Sinta jadi demam. Maka dikompres oleh tetangga. Kian malam kondisi Sinta kian memburuk, kejang-kejang.
Pukul 22.00 WIB dibantu tetangga, Sinta dilarikan ke RSUD Prof dr Soekandar, Mojosari. Masuk IGD. Sempat ditangani paramedis. Sinta meninggal dini hari, Senin, 17 April 2023 pukul 03.35 WIB.
Para tetangga lapor polisi. Segera polisi mendatangi TKP. Melakukan olah TKP. Mewawancarai para saksi. Polisi menemukan dugaan pembunuhan. Maka, jenazah Sinta langsung dikirim ke RS Pusdik Brimob Porong, Sidoarjo, guna autopsi.
Ditemukan bukti, itu pembunuhan dengan cara diracun. Polisi segera memburu tersangka. Akhirnya Irfan dan Supaino ditangkap.
Kepada polisi, Irfan mengakui membunuh Sinta. Motifnya, Irfan menduga Sinta menyantet ortu Irfan. Karena sakit hati. Caranya, Sinta menyerahkan foto ortu Irfan ke seorang dukun. Tapi, pengakuan itu belum terbukti. Kini sulit dibuktikan, karena Sinta sudah meninggal.
Irfan dukun, ortunya katanya disantet dukun lain. Supaino, bekas pemilik jin pesugihan. Tapi mereka main aplikasi MiChat juga. Perpaduan budaya tradisional dan modern.
Pembunuhan di Indonesia sebagian terkait budaya tradisional. Seperti baru saja terjadi, dukun pengganda uang Wowon Cs di Cianjur, Jabar. Tersangka pembunuh sembilan orang. Kini dalam proses penyidikan.
Juga, dukun pengganda uang Mbah Slamet di Banjarnegara, Jateng. Tersangka pembunuh 12 orang, baru saja mengaku 28 orang. Mayat 16 orang masih dicari polisi.
Merujuk buku karya Prof Clifford Geertz, bertajuk: “Agama Jawa; Abangan, Santri, Priyayi” (2013) bahwa masyarakat Indonesia bentuk masyarakat tradisional yang mistis. “Santet, sesajen, jimat dan danyang, sangat dipercaya di Indonesia, khususnya di Jawa. Sampai kapan pun. Karena itulah akar budaya.”
Clifford James Geertz, antropolog top Amerika Serikat (AS). Kelahiran 23 Agustus 1926 di San Francisco, California, AS. Meninggal 30 Oktober 2006 di Philadelphia, Pennsylvania, AS.
Bukunya itu hasil riset antropologi budaya Geertz di Mojokerto (bukan Mojosari, TKP pembunuhan Sinta), kurun 1952 sampai 1954. Risetnya dibiayai Ford Foundation. Geertz tinggal di rumah seorang petani di Kota Mojokerto selama risetnya.
Hasil riset dijadikan disertasi meraih gelar doktor antropologi di Harvard University, Cambridge, Massachusetts, AS. Judul disertasinya “Religion in Modjokuto: A Study of Ritual and Belief in a Complex Society” (1956).
Disertasi itu diterbitkan sebagai buku pertama kali berjudul: “The Religion of Java” (Free Press, New York, 1964). Akhirnya dicetak ulang 2013 dengan judul bahasa Indonesia seperti di atas.
Buku Geertz bukan soal pembunuhan. Tidak terkait kriminologi. Tapi, di buku itu Geertz meriset, menganalisis secara mendalam dan detail tentang budaya masyarakat Jawa, khususnya Jawa Timur. Karena Geertz juga mewawancarai masyarakat di luar Mojokerto.
Buku itu top. Sampai, Journal of Social Issues in Southeast Asia 2021 menyatakannya sebagai “The Most Influential Books of Southeast Asian Studies”.
Dari penelitian empiris dengan kombinasi analisis dan spekulasi yang jarang digunakan untuk memahami arti makna Jawa dan kebudayaannya, Geertz pun dijuluki penemu ilmu pengetahuan baru: Antropologi Spekulatif.
Apa intinya? Menurut Geertz, di Mojokerto (waktu itu) terjadi benturan budaya, antara Hinduisme, Islam dan animisme. Berbaur dalam satu sistem sosial. Ia sebut: “abangan, santri, priyayi”. Lebur jadi satu. Tidak terjadi konflik di antara masing-masing kelompok sosial itu. Mereka rukun.
Kelompok masyarakat abangan itulah mewakili Hinduisme warisan Kerajaan Majapahit (berpusat di Mojokerto) dan animisme yang asli Jawa, sebelum ada Kerajaan Majapahit.
Di kelompok abangan inilah budaya perdukunan hidup. Kata Geertz: “Sampai kapan pun… Karena itulah akar budaya.”
Riset Geertz 71 tahun silam, ternyata masih relevan sampai sekarang. Dijalani generasi Z (kelahiran 1997-2012) tersangka Irfan, yang dukun. Dan, tersangka Supaino, bekas pemilik aji pesugihan Ratu Pantai Selatan.
Tapi, pembunuhan Sinta rasional. Efektif. Tidak menggunakan senjata tajam atau senjata api, yang bisa menimbulkan kegaduhan di kamar kos yang padat penduduk itu. Cuma, pembunuh tidak memperhitungkan bahwa wanita keracunan bisa gaduh juga. Seperti itu.
Anehnya, mengapa para pelaku tidak menggunakan cara mistis dalam pembunuhan? Mungkin mereka sudah tidak yakin efektivitasnya. Berarti masyarakat dalam transisi dari tradisional irrasional, menuju modern rasional.