Duka Umat Islam Madura, Ini Wasiat Terakhir KHR Fakhrillah Schall
Berita duka dirasakan umat Islam dan warga NU di Madura. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil, RKH Fakhrillah bin Abdullah Aschal meninggal dunia, Sabtu 14 Mei 2022 bertepatan 13 Syawal 1443 H, selepas subuh.
Selain rutin memberikan pengajian rutin dan dakwah di tengah masyarakat, Kiai Fakhrillah Schal adalah Rais Syuriah PCNU Bangkalan.
"Ya Allah. Mautul Alim, Mautul Alam.. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun... Alfatehah," tutur Hakim Jayli, Direktur Utama TV9, menyusul kabar duka yang tersiar sejak usai subuh itu.
Di kalangan masyarakat, dipahami bahwa keluarga Kiai Fakhrillah Schalla mempunyai kedekatan dengan sejumlah tokoh NU saat ini. Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di antara mempunyai kedekatan khusus dengan almarhum.
"Almarhum mempunyai kakak bernama Mahmudah. Nyai Mahmudah bersuami KH Mas Luqman bin KH Mas Munir Sidoresmo. Salah seorang putri Nyai Mahmudah diambil menantu Kiai Miftachul Akhyar," tutur Zaini Ilyas, salah seorang pengurus PW LP Maarif NU Jawa Timur.
Pesan Khusus dan Wasiat Terakhir
Dalam pelbagai kesempatan Kiai Fakhrillah sangat aktif menebarkan ilmunya kepada masyarakaat, khususnya umat Islam di Madura. Itulah yang menjadi pesan-pesan dan wasiat terakhir yang tetap dikenal masyarakat seterusnya.
RKH. Fakhrillah Aschal dalam pengajian kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghozali, di antara memberikan pencerahan akan pentingnya ilmu dalam memahami agama agar terselamatkan di dunia hingga akhirat.
Di dalamnya dijelaskan :
ثم يجب عليك ان تعلم ما يلزمك فعله من الواجبات الشرعية على ما امرت به لتفعل ذلك وما يلزمك تركه من المناهي لتترك ذلك, والا فكيف تقوم بطاعات لاتعرفها ما هي وكيف هي وكيف يجب ان تفعل ام كيف تجتنب معاصى لا تعلم انها معاص حتى لاتوقع نفسك فيها
“Wajib bagimu agar mengetahui sesuatu yang di wajibkan padamu, yaitu hal-hal yang di wajibkan dalam syariat, sebagaimana yang telah di perintahkan kepadamu agar kamu melakukannya, dan juga wajib bagimu agar mengetahui hal-hal yang harus kamu jauhi, yakni hal-hal yang dilarang oleh syariat agar tidak kamu lakukan. Maka, apabila kamu tidak mengetahuinya, bagaimana engkau akan melakukan ketaatan sedangkan engkau tidak mengetahui apa itu, bagaimana cara melakukannya dan bagaimana cara meninggalkannya, yakni meninggalkan maksiat yang kamu sendiri tidak tau bahwa itu adalah maksiat. Sehingga, ketika kamu sudah mengetahuinya, kamu tidak akan tejatuh kedalamnya.”
Kemudian dilanjutkan pengajian
العبادات الشرعية كالطهارات والصلاة والصوم وغيرها يجب ان تعلمها بأحكامها وشرائطها حتى تقيمها فربما انت مقيم على شيئ سنين وازمانا مما يفسد عليك طهارتك وصلواتك ويخرجهما عن كونهما واقعتين على وفاق السنة وانت لا تشعر بذلك وربما يعترض لك مشكل ولا تجد من تسأله عن ذلك وانت ما علمته,ثم مدار هذا الشأن أيضا على العبادات الباطنة التي هي مساعى القلب يجب ان تعلمها من التوكل والتفويض والرضا والصبر والتوبة والإخلاص وغير ذلك مما سيأتي ذكره إن شاء الله.
“Adapun ibadah-ibadah Syar’iyah seperti thaharoh (bersesuci), Sholat, Puasa, dan selainnya itu merupakan suatu kewajiban bagimu mengetahui hukuk-hukumnya dan syarat-syaratnya, hingga kamu bisa melaksanaknnya. karena terkadang, engkau melakukan sesuatu bertahun-tahun yang mana hal itu dapat merusak (menbatalkan) thoharohmu, sholatmu dan mengeluarkan keduanya dari ajaran sunnah sedangkan engkau tidak merasa akan hal itu, dan terkadang pula ada suatu kejanggalan yang dialami olehmu dan engkau tidak tau kepada siapa engkau harus bertanya akan hal itu. Kemudian, inti dari semua ini juga adalah ibadah–ibadah batin yang mana itu adalah pergerakan hati yang juga wajib bagimu agar mengetahuinya seperti tawakkal, pasrah, ridho, sabar, taubat, ikhlas, dan selainnya sebagimana yang akan kami jelaskan nanti insyaalah.”
Dari uraian Imam Ghazali ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya menuntut ilmu, telebih ilmu syariat, saking pentingnya menuntut ilmu, makhluk semulia dan sealim Rasulullah SAW masih di perintahkan untuk berdoa agar ditambahkan ilmu oleh Allah SWT, padahal Rosulullah SAW sendiri merupakan sumber dari segala ilmu dan muara dari segala ilmu, karena dengannyalah Allah SWT menurunkuan al-Quran dan dengannyalah Allah SWT menyampaikan dan menjeladskan Al-Qur’an
Dan perlu diketahui juga bahwa, orang yang melakukan ibadah tanpa disertai ilmu hanya akan sia-sia saja, karena hanya dengan ilmulah seseorang bisa mengerti tuhannya, bisa memahami agama, dan bisa memahami apa yang sebenarnya sedang dilakuklannya, sehingga tidak akan mudah tersesat dalam kegelapan dan tidak mudah tertipu dengan bisikan Setan.
Selain itu, seseorang juga hendaknya mempelajari ilmu-ilmu pergerakan hati seperti Sabar, Qona’ah, Ikhlas, rendah hati dan semacamnya, guna memperbaiki diri untuk lebih baik lagi, lebih bermakna dalam ibadah dan lebih kuat lagi dalam mengimani kebesaran dan keagungan Allah SWT. Bahkan salah satu hasil keputusan Bathsul Masail NU memutuskan bahwa hukum ikut Thoriqoh adalah wajib jika di maksudkan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela seperti sombong, riya’, ujub dan sebagainya. Adapun jika di maksudkan untuk mendapatkan sanad dari para mursyid Thoriqoh hukumnya adalah mubah. Allahu A’lam.