Duka Orangtua Razan Najjar, Perawat Palestina yang Ditembak Tentara Israel di Gaza
Jumat (1/6) adalah hari terakhir sang ayah, Ashraf al-Najjar bertemu dengan Razan. Ashraf teringat pagi itu putrinya masih melakukan aktivitas paginya seperti biasa, bangun tidur, kemudian salat dan sahur sebelum memulai aktivitasnya sebagai paramedis.
Menurut sumber-sumber medis Palestina seperti diberitakan kantor berita Palestine al-Yawm dan dilansir media Press TV, Sabtu (2/6), Razan sedang menangani para demonstran Palestina yang terluka di timur Khan Yunis, yang berlokasi sekitar 25 kilometer selatan Kota Gaza. Dia sempat membalut luka seorang pria yang terluka akibat tabung gas air mata.
Razan berada di jarak kurang dari 100 meter dari pagar pembatas perbatasan. Nahas, Razan terkena salah satu tembakan yang dilontarkan militer Israel ke arah demonstran Palestina.
Perempuan berusia 21 tahun itu pun luka parah dan langsung roboh ke tanah. Beredar informasi kalau penembak Razan adalah pasukan militer Israel berjenis kelamin perempuan bernama Rebecca.
Ia merupakan anggota dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Meski beredar kabar kalau Rebecca yang menewaskan Najjar namun hingga kini belum ada konfirmasi resmi kalau dia merupakan pelakunya.
Dalam video yang diunggah channel YouTube Ruptly, ribuan warga Palestina tumpah ruah di jalanan Gaza, Sabtu (2/5).
Mereka mengantarkan jenazah Razan ke desanya, Khuuza di wilayah perbatasan dengan Israel, timur Khan Younis dan wilayah selatan Gaza. Mereka berduka karena kehilangan sosok ‘malaikat’ di tengah bentrokan di jalur Gaza.
Orang-orang itu berteriak sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Palestina. Sesekali terdengar ucapan takbir dari mulut mereka. Isak tangis pun mengiringi perjalanan mengantarkan Razan ke peristirahatan terakhirnya.
Saat pemakaman berlangsung, kru ambulans dan medis berdatangan menghadiri pemakaman. Isak tangis pecah mengiringi pemakaman jenazah.
Sementara, Ashraf al-Najjar terlihat memegang baju medis putrinya yang bernoda darah. Seragam tersebut dipakai Razan saat gugur bertugas.
“Malaikatku meninggalkan tempat ini, dia sekarang berada di tempat yang lebih baik. Aku akan sangat merindukannya. Semoga jiwamu beristirahat dalam damai, putriku yang cantik,” katanya, dikutip dari middleeasteye.net.
Sebelum meninggal dunia, Razan yang dijuluki warga Palestina sebagai 'Angel of Mercy' itu ternyata sempat berbicara dengan sang ayah.
“Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja,” ujar Ashraf.
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Razan kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia. Kesedihan juga dirasakan oleh ibunya, Sabreen. Ia berkata sambil menangis mengenang kematian putrinya.
“Mereka (Israel) tahu Razan, mereka tahu dia seorang paramedis, dia telah membantu mengobati luka sejak 30 Maret,” katanya.
“Putriku adalah sasaran para penembak jitu Israel. Peluru ledak langsung ditembak di dadanya, itu bukan peluru acak,” tegas Sabreen.