Duka Keluarga Catur Yuliantono Sudah Selesai
Jakarta: Yang sudah terjadi sudah terjadi, Catur Yuliantono sudah dimakamkan, maka waktgu berduka bagi keluarga sudah selesai. Tiba saatnya kembali bersemangat melanjutkan kehidupan.
Keluarga Catur yang meninggal dunia akibat terkena kembang api suar ("flare") usai laga Timnas Indonesia versus Fiji (2/9) lalu sudah menolak untuk terus larut dalam duka.
"Saya rasa semua sudah selesai dan kami ingin kembali melanjutkan hidup sehari-hari," ujar mertua Catur, Nur Hasan, dalam keterangan tertulis Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Jakarta, Jumat (8/9) malam.
Hasan mengatakan pihak keluarga juga merasa tidak ada lagi yang perlu dipertentangkan dengan PSSI terkait meninggalnya sang menantu.
Sebaliknya, keluarga justru berterima kasih kepada PSSI yang dengan segera mengambil tindakan sejak awal kejadian hingga Catur dimakamkan.
"Kami menyampaikan terima kasih kepada PSSI yang ikut mendampingi keluarga hingga proses berakhir," tutur Hasan.
Tersangka pelempar petasan ditangkap polisi pada Senin (4/9) atau dua hari setelah kejadian.
Tersangka berinisial ARP alias Rico ditangkap di sebuah perumahan di daerah Bekasi Timur.
"Apresiasi kepada pihak kepolisian yang sudah bekerja keras dari mulai hari kejadian sampai akhirnya bisa menangkap pelaku. Sinergi antara Polri dan PSSI kami harap bisa ditingkatkan demi sepak bola yang lebih baik," kata Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha.
Catur Yuliantono, warga Duren Sawi, berusia 32 tahun, suporter di pertandingan persahabatan internasional Indonesia versus Fiji di Stadion Patriot Candrabaga, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (2/9), meninggal dunia karena terkena kembang api yang diterbangkan dari tribun selatan ke tribun timur stadion, persis usai laga.
Terkait peristiwa itu, PSSI pun menyatakan terus berusaha membenahi manajemen keamanan pertandingan sepak bola atau "football security".
"Pengamanan sepak bola saat Indonesia versus Fiji sebenarnya merupakan uji coba pertama penempatan 130 petugas keamanan terlatih di sekitar stadion. Namun, layaknya pertandingan sepak bola lainnya, ada hal-hal tidak terduga yang akhirnya terjadi," tutur Ratu.(ant)
Advertisement