Duka bagi Korban Terorisme di Masjid, Ini Aksi Tisna Sanjaya
Aksi teroris di dua masjid di Selandia Baru yang menewaskan 50 jiwa umat Muslim, mengundang keprihatinan seniman Tisna Sanjaya dari Bandung. Ia mengungkapkan keprihatinannya sebagai bagian dari solidaritas kemanusiaan.
Tisna Sanjaya menulis "Doa untuk Bumi" berikut.
"Semoga saudara-saudara kita yg wafat di Selandia Baru (New Zealand) diterima segala amal ibadahnya oleh Allah SWT dan ditempatkan di surgaNya yg maha indah.
"Kita dijauhkan dari sifat-sifat busuk rasis, intoleran dan anti kemanusiaan.
Semoga keluarga yg ditinggalkan selalu tabah.
"Negeri indah nan damai Selandia Baru selalu kuat menghadapi segala ujian dan kita di Indonesia bersama Anda semua yg sedang berduka.
"Melalui seni, saya dan teman-teman menghaturkan doa untuk para korban di negeri Selandia Baru yg selalu terbuka pada ragam nilai-nilai budaya.
Semoga Allah SWT selalu memberi jalan terbaik dan melindungi kita.
"Amin Ya Rabbal Aalamin," kata Tisna Sanjaya, dikutip ngopibareng.id dari akun twitternya, Rabu 20 Maret 2019.
"Melalui seni, saya dan teman-teman menghaturkan doa untuk para korban di negeri Selandia Baru yg selalu terbuka pada ragam nilai-nilai budaya," kata Tisna Sanjaya.
Tisna Sanjaya lahir di Bandung, pada 1958. Terlibat dalam pelbagai even kesenian di Indonesia dan sejumlah negara di dunia. Termasuk pada Festival Seni Surabaya pada 1996, ia mengejutkan publik dengan berkeliling memberikan benih tanaman di kawasan Dolly Surabaya.
Dalam beberapa kesempatan di Surabaya, ia sempat mengungkapkan kegelisahan kreatifnya pada kematian Munir yang diracun. Dalam sepetak kanvas, ia perfonmans dan melukis yang menggambarkan proses kemarian pejuang kemanusiaan dari Jawa Timur itu.
Seniman kontemporer ini pada awalnya dikenal lewat karya - karya etsa dengan gaya surrealis dan tema - tema sosial politik. Dalam perkembangannya ia sering membuat karya - karya instalasi, performence art, dan lukisan mixed media.
Tisna mengawali perjalanan keseniannya dengan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Seni Rupa ITB tahun 1986. Ia kemudian mengajar di almamaternya dan meneruskan pendidikan post graduate di DAAD Stipendium, Jerman tahun 1998. Mendapat Meisterschueler di bawah Prof. KArl Christ Scultz.
Tisna sangat aktif di tingkat nasional maupun internasional, seperti di New Delhi tahun 997, Amsterdam tahun 1999, Venice Biennale, Italia tahun 2003, dan Gwangju Biennale korea tahun 2004, Ia juga menjadi 10 pemenanag karya terbaik pada Philip Morris Indonesia Art Awards tahun 1995 dan 1997, kemudian juga memenangkan penghargaan Sapporo International Print, Jepang tahun 1998. (adi)
Advertisement