Dugaan Kekerasan Seksual, Rektor UIN Sunan Ampel Buka Suara
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya atau Uinsa, Prof Masdar Hilmy, akhirnya buka suara terkait dugaan kekerasan seksual yang terjadi di lembaga pendidikan yang dipimpinnya itu.
Pihak kampus diklaim hingga kini belum menerima laporan dari para korban kekerasan seksual. Apabila ada, dirinya bakal menerapkan kode etik yang sudah ada di kampus.
"Kami sudah ada kode etik mahasiswa dan dosen, cuma kami tidak bisa menindak. Karena kami belum menerima laporan hingga saat ini," kata Hilmy ketika dikonfirmasi, Selasa, 18 Januari 2022.
Meski demikian, kata Hilmy, dirinya telah memerintahkan jajarannya untuk mendalami dugaan kekerasan seksual tersebut. Namun, tetap dengan berhati-hati dalam melakukan investigasi.
"Untuk sementara Wakil Rektor III sudah menelusuri kasus ini. Kami ingin hati-hati pada kasus yang beredar. Saya tidak menampik keviralan ini, tapi kami tidak mau terperangkap," jelasnya.
Hilmy pun menjanjikan bakal langsung menindaklanjuti setiap laporan yang masuk kepada pihaknya. Kemudian akan diproses dan diberikan sanksi sesuai dengan kode etik yang ada.
"Kalau ada laporan masuk ke saya, pasti akan kita tindak lanjuti," ujar dia.
Sebelumnya, Uinsa Surabaya diterpa kabar adanya dugaan kekerasan seksual yang dialami oleh mahasiswa selama berada di lingkungan kampus. Hal tersebut diviralkan oleh @uinsa.garis.lurus, melalui postingan di akun Intagramnya. Ia menuliskan bahwa kekerasan seksual di ranah kampus UIN Sunan Ampel Surabaya sudah terjadi sejak 2019.
“Kami mencatat selama 3 tahun (2019-2021), sedikitnya ada 9 perempuan menjadi korban kekerasan seksual dari hasil attention yang kami post tepat pada tanggal 2 Januari 2021 pekan lalu,” tulis akun @uinsa.garis.lurus.