Machfud-Mujiaman vs Eri-Armuji, Pengamat Nilai akan Duel Sengit
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam menilai Pemilihan Walikota Surabaya nanti menjadi pertarungan paling sengit dibading dengan kotestasi sebelumnya.
Rokim menjelaskan, pertarungan akan lebih kompetitif karena dua pasangan calon yakni Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno dengan Eri Cahyadi-Armuji plus minus masing-masing, kenyang akan pengalaman, dan memiliki background yang berbeda.
“Menurut saya ini kompetisi yang paling rumit dan sulit, masing-masing punya keunggulan dan kelemahan. Makanya saya bilang ini setanding dan sebanding,” kata pria yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya UTM itu kepada Ngopibareng.id, Kamis 3 September 2020.
Karena itu, ia mengatakan, saat ini para kandidat harus meningkatkan potensi kelebihan dan menutup kekurangan yang dimiliki. Hal ini dinilai akan berpengaruh dalam mendulang suara masyarakat.
Rokim yang juga peneliti di Surabaya Survey Center itu menjelaskan, pemilih Surabaya saat ini heterogen dan kompleks. Ada cukup banyak potensi suara milenial dan rasional yang harus dicapai untuk dapat memuluskan langkah memenagkan Pilwali Surabaya.
Dari penelitiannya, di Surabaya ini ada potensi gabungan suara dari pemilih milenial dan rasional yang cukup besar yakni 37 persen yang ini akan sosok dari kandidat. Sedangkan sisanya adalah pemilih emosional karena kedekatan dan sebagainya.
“Karena ini Pemilu langsung kalau kemarin kan rekom itu signifikan tapi untuk Pemilu langsung faktor yang kuat daya tarik pada kandidat, seberapa jauh kandidat bisa membuat untuk punya angka elektabilitas yang baik. Karena head to head bagaimana paslon dapat elektabilitas diatas 55 persen,” ujarnya.
Untuk bisa merebut 37 persen potensi suara tersebut maka para kandidat harus membuat program yang betul-betul akan berdampak pada masyarakat. Mulai dari jangka pendek yakni tentang penanganan Covid-19, serta jangka panjang bagaimana pembangungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, lebih sulit lagi Pilwali kali ini karena ditengah masa pandemi Covid-19. “Pemilu ini di tengah konteks wabah Covid-19, tekanan ekonomi, perubahan perilaku memilih berubah kalau dulu bisa dibaca. Ini pemilu yang sulit karena sulit, maka tergantung kreatifias inovasi para paslon," kata Rokim.
Advertisement