Duduk di Kursi Roda, Ibu ini Punya Omzet Jutaan dari Menjahit
Ngatini, usia 39 tahun, perempuan penyandang disabilitas, asal Bojonegoro, jauh-jauh datang ke Kota Malang bukan tanpa alasan. Ia didatangkan Dinsos Jatim untuk memberikan testimoni atas kesuksesannya menjadi wirausahawan.
Meskipun Ngatini memiliki keterbatasan fisik, tapi, dalam urusan menjahit Ngatini jagonya. Bahkan, dengan keterbatasan itu ia sekarang menjadi jutawan.
Awal kisah Ngatini merintis usaha menjahit ini bermula dari niatnya mendirikan jasa konveksi bernama Ngatigun Convection pada 2008. Ngatigun merupakan akronim dari pasangan suami-istri (Ngatini dan Gunawan).
Namun, usahanya sepi. Apalagi Ngatini juga tak memiliki mesin jahit yang memadai. Ia lalu ikut pelatihan yang diselenggarakan balai latihan kerja (BLK) Program Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang diadakan Dinsos Jatim.
"Mulai 2009 saya mendapatkan dua mesin jahit dan mesin obras dari Dinsos Jatim dan pemda setempat melalui persatuan disabilitas. Hingga saat ini saya punya empat mesin jahit bantuan dari pemerintah," katanya, Rabu 26 Agustus 2020.
Karena ketelatennya,, jasa konveksi Ngatini mulai tumbuh. Bahkan, sejak 2015 ia sudah mempekerjakan empat karyawan.
"Saya pernah dapat order baju kantor hingga baju sekolah. Dari situ kemudian, saya merekrut empat karyawan. Dari sini mulailah meningkat. Untuk pemasaran dibantu dinsos. Kadang minta bantuan perangkat desa dan sekolah-sekolah (untuk dicarikan pesanan)," katanya.
Dalam masa pandemi Covid-19 ini, jasa konveksi Ngatini juga banjir pesanan menjahit masker. Permintaan menjahit masker tersebut datang dari puskesmas yang ada di Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, Jawa Timur.
"Perhari saya rata-rata menjahit sebanyak 100 masker. Untuk satu masker harganya sekitar Rp5 ribu," ujarnya.
Dari usaha jasa konveksi tersebut Ngatini mendulang keuntungan jutaan rupiah. "Untuk perbulannya saja sekitar Rp3 juta lebih. Itu (keuntungan) sudah bersih," jelasnya.
Sementara, Kepala Dinsos Jatim, Alwi mengatakan kisah sukses jasa konveksi Ngatini ini bisa dicontoh warga-warga lain. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di kabupaten/kota di Jawa Timur dapat melakukan pemberdayaan kepada para warga yang telah mengikuti Program PPKS.
Alwi mengatakan, Dinsos Jatim memiliki sekitar 15 ribuan warga yang telah mengikuti program PPKS. Mereka adalah warga yang telah mendapatkan pelatihan keterampilan dari Dinsos setempat.
"Kami bina mereka yang mempunyai keterbatasan. Misal pinter jahit tapi gak ada yang minta orderan, ujung-ujungnya ya mesinnya ditaruh," ujarnya.
Maka dari itu, Alwi dalam konsolidasi dan integrasi program pengembangan kesejahteraan sosial di Malang, menginstruksikan kepada masing-masing OPD untuk melakukan pemberdayaan kepada warga yang telah mengikuti program PPKS.
"Keterampilan yang mereka miliki ini harus didukung oleh OPD kabupaten atau kota yang terkait, untuk memberdayakan PPKS yang sudah punya skil," katanya.
Alwi berharap, jika adanya kemauan dari para OPD kabupaten atau kota untuk memberdayakan para warga PPKS yang sudah punya keterampilan, maka akan dapat membuka lapangan pekerjaan baru di tengah masyarakat.
"Harapannya mereka yang tergolong sebagai PPKS bisa hidup mandiri, tidak selamanya bergantung kepada orang lain akibat keterbatasan dan ini bisa terwujud dengan adanya dukungan dari OPD terkait," katanya.