Dubes RI di Arab Saudi pun Minta Nasihat Gus Mus
Kehadiran KH Ahmad Mustofa Bisri yang tengah melaksanakan ibadah umrah, mendapat perhatian Duta Besar RI untuk Negeri Kerajaan tersebut. Agus Maftuh Abegebriel, Dubes kita di Arab Saudi, menyempatkan bersilaturahmi ke Gus Mus dan meminta nasihat-nasihatnya yang khas kiai pesantren kepada santrinya.
Sang Dubes memang tetap tawadhu' pada ulama dan kiainya. Ia menganggap dirinya masih santri. Ketika menyambutnya, Gus Mus ditemani putrinya, Ienas Tsuroiya dan Ulil Abshar Abdalla.
Agus Maftuh Abegebriel akhirnya menulis "Nyadong Berkah Doa Gus Mus" sebagai catatan pribadinya. Berikut isi lengkapnya catatan tersebut:
Hari Selasa 18 Februari 2020, di Makkah, Alhamdulillah saya bersama anak saya Gebriel Hammada Rabbic Reynova berkesempatan sowan Guru saya yang sangat “nyegoro” ilmunya, KH. Mustofa Bisri Mustofa, Gus Mus, Ahmad Mustofa Bisri.
Sowan saya ke beliau hanya dengan satu tujuan yaitu ngalap berkah nyadong doa agar tugas-tugas saya sebagai seorang santri yang kebetulan mendapatkan amanah sebagai pelayan WNI di Kerajaan Arab Saudi ini diberikan kelancaran oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih-lebih menjelang selesainya khidmah saya untuk NKRI dan WNI di negeri tempat turunnya wahyu ini.
Sebelum bertugas Maret 2016, saya juga minta bekal doa Gus Mus di ndalemnya Leteh Rembang dalam rangka mempersiapkan “Huge Equity – Modal Besar” dalam tugas diplomatik yang harus dibackup oleh doa-doa para Masyayikh termasuk doa khusus Mbah Maemoen Zubair yang sering menyapa Gus Mus dengan panggilan “Paklik (paman) Mus”.
Saya juga sangat bergembira bisa bertemu intelektual progresif Kyai Gus Ulil Abshar Abdalla dan Ning Ienas Tsuroiya dan sempat diskusi tentang kontruksi proyek besar Islam Wasatiy gagasan Sang Putra Mahkota Sayyidus Syabab Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud (MBS).
Saya sampaikan juga ke Gus Ulil bahwa Raja Salman dan MBS di tahun 2018 pernah anugerahkan kepada Indonesia sebagai tamu kehormatan untuk memamerkan khazanah budayanya selama satu bulan di Arab Saudi dengan mendatangkan 600 pekerja seni dari Indonesia termasuk musik dan tarian kolosal "salawat badar" khas Indonesia di panggung Festival Budaya Janadriyah ke 33.
Arab Saudi menyebut perhelatan tersebut sebagai diplomasi budaya terbesar abad 21 dan bentuk nyata dari dialog antar peradaban.
Ada satu pesan dalam puisi Gus Mus yang selalu terpatri dalam memori saya. Puisi bertitelkan “Allahu Akbar” yang pada tahun 2009 pernah saya narasikan dalam edisi bahasa Inggris dalam forum akademik “Sufism and Peace” di Islamabad Pakistan.
Pesan dahsyat Gus Mus sbb:
Seeing your brutality, I believe
You have never seen Allah Ar-Rahman
The merciful for all
How could you dare of claiming His behalf
When you arrogantly crash and attack those
who are looking for His way?
If they really deserve the hell
Why don’t you leave God punishes them
When did you get the mandate from Him to punish and condemn them?
Allah Akbar!
Syirk is the biggest sin
And the biggest syirk
Is associating Him with other
As you are self-worshipping
Deifying yourself
By absolutizing your own truth
La ilah illallah
...
Melihat kebrutalanmu, aku percaya
Anda belum pernah melihat Allah Ar-Rahman
Penyayang untuk semua
Bagaimana Anda bisa berani mengklaim atas nama-Nya
Ketika Anda dengan angkuh menabrak dan menyerang mereka
siapa yang mencari jalan-Nya?
Jika mereka benar-benar pantas masuk neraka
Mengapa Anda tidak meninggalkan Tuhan menghukum mereka?
Kapan Anda mendapatkan mandat dari-Nya untuk menghukum dan menghukum mereka?
Allah Maha Besar!
Syirk adalah dosa terbesar
Dan syirk terbesar
Mengaitkan Dia dengan orang lain
Karena Anda menyembah diri sendiri
Mendewakan diri sendiri
Dengan absolutisasi kebenaran Anda sendiri
La ilah illallah
...
Pesan nan "jeru" (terdalam-Red) ini mengingatkan kepada kita untuk jangan sekali-kali menciptakan tuhan tuhan kecil atau bahkan menuhankan diri kita sendiri dengan mengabsolutkan diri kita sendiri.
Matur suwun wejangannya Gus.
Advertisement