Dubes Heri Akhmadi Siap Perkuat Promosi Gamelan di Jepang
Badan PBB yang menangani pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan (UNESCO) telah menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage). Presiden Joko Widodo melalui akun Twitternya @jokowi, Rabu 15 Desember 2021, menyambut bangga penetapan gamelan Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Presiden Jokowi memastikan Indonesia akan terus melestarikan gamelan melalui pendidikan pertunjukan, dan pertukaran budaya.
"Kabar baik hari ini datang dari kantor pusat UNESCO di Paris. Badan PBB itu menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) UNESCO. Indonesia akan terus melestarikan gamelan melalui pendidikan, festival, pertunjukan, dan pertukaran budaya," demikian Presiden Jokowi melalui akun Twitternya @jokowi.
Menanggapi hal ini, Duta Besar Republik Indonesia (Dubes R) untuk Jepang dan Federasi Mikronesia, Heri Akhmadi memastikan, selain promosi kepada masyarakat Jepang, KBRI Tokyo juga terus melakukan pembinaan terhadap kelompok kesenian Indonesia yang ada di Jepang.
"Dalam berbagai kesempatan, KBRI Tokyo selalu menghadirkan kesenian Gamelan. Ada banyak kelompok kesenian Indonesia yang kami bina untuk dapat lebih optimal mempromosikan gamelan kepada masyarakat Jepang. Banyak juga warga Jepang yang tertarik atau bergabung dengan kelompok-kelompok kesenian Indonesia," ujar Dubes Heri Akhmadi.
Salah satu kelompok kesenian Indonesia di Jepang adalah grup Gamelan Jawa asal Jepang Hanna Jos pimpinan Rofit Ibrahim yang sejak 16 tahun tinggal di Jepang dan konsisten mempromosikan gamelan khas Jawa dan seni pewayangan. Rofit juga mendirikan Bintang Laras, sekolah musik gamelan di rumahnya.
Kelompok lainnya adalah Sanggar Sekar Djepun pimpinan Putu Gede Setiawan. Ia adalah seniman Gamelan dan Tari Bali yang mendedikasikan hidupnya untuk mengenalkan kesenian gamelan dan tari bali kepada masyarakat Jepang.
Sejak 2003, Sekar Djepun yang ia dirikan telah beranggotakan lebih dari 100 orang lebih warga Jepang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa menjadi muridnya.
Selain warga Indonesia, ada pula kelompok Lambangsari pimpinan Kayo Kimura yang sebagian besar anggotanya adalah warga Jepang. Lambangsari yang didirikan sejak 1985 saat ini beranggotakan 17 orang Jepang dan aktif menggelar pementasan serta lokakarya di berbagai wilayah di Jepang.