Menghadapi Pergeseran Peradaban Dunia, Ini Tawaran Din Syamsuddin
Peradaban dunia saat ini banyak disebutkan oleh para pakar sebagai peradaban dunia yang tidak punya kepastian. The world of disorder, the world of uncertainty, bahkan ada pula yang menyebut bahwa tengah terjadi pergeseran besar dari peradaban dunia.
Hal tersebut terjadi karena dunia saat ini menganut sistem yang berpangkal pada liberalisme, humanisme sekuler, ekonomi neo liberal, yang sesungguhnya anti tuhan dan terlalu menganggap manusia sebagai pusat kehidupan yang serba bisa dan serba kuasa.
Karena itulah Din Syamsudin, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 ini memberikan dua solusi untuk menghadapi pergeseran peradaban dunia tersebut.
Dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Din menjelaskan, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang dimiliki oleh Indonesia bisa menjadi acuan atau role model, untuk menghadapi dunia yang majemuk saat ini. Bahkan banyak tokoh Katolik di luar negeri yang mengapresiasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
"Manusia yang selalu dianggap sebagai pusat kehidupan, serba bisa, serba kuasa, yang menyebabkan terjadinya pergeseran besar dalam peradaban dunia saat ini, memerlukan solusi. Pertama, perlu ada nilai-nilai pengikat atau kesepakatan untuk hidup bersama.
“Maka slogan semacam Bhineka Tunggal Ika dalam skala global itu perlu dinaikkan, walaupun kita berbeda-beda bangsa dan agama, namun kita satu. Dan sebenarnya Islam jauh sejak 1400 tahun yang lalu, sebelum adanya HAM, telah memberikan solusi melalui Piagam Madinah yang diprakarsai oleh Rasulullah yaitu agar bisa hidup berdampingan dan bersama. Nah inilah yang diperlukan dunia saat ini," jelas Din.
Hal itu ditegaskan Din saat menjadi narasumber Orasi Kebangsaan dalam Milad Akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 bertajuk “Meneguhkan Pancasila Sebagai Ruh Dalam Politik Ke-Indonesiaan” pada Rabu (14/03) di Gedung Ibrahim Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta (UMY).
Kedua, tidak hanya slogan pengikat seperti Bhineka Tunggal Ika, lanjut Din lagi, tapi yang bersifat ideologi seperti yang Pancasila yang dimiliki oleh Indonesia.
"Dan kalau kita dalami dengan jernih, maka Pancasila itu sangat mencerminkan nilai-nilai agama. Semua agama di Indonesia bersepakat dan menguatkan kesepakatannya sebagaimana yang telah diberikan oleh para pendiri bangsa, bahwa negara kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila adalah bentuk final dan bentuk terbaik demi Indonesi yang bermajemuk. Dan kedua bahwa Pancasila itu adalah kristalisasi dari nilai-nilai agama," papar Din.
Utusan Khusus Presiden dalam Bidang Dialog dan Kerjasama Antar Agama serta Peradaban ini juga menyampaikan, Pancasila saat ini sudah final, artinya dalam aktifitas bernegara Pancasila harus terus dijunjung tinggi sampai kapanpun.
“Modal utama dalam berbangsa dan bernegara adalah memiliki landasan seperti Pancasila. Karena dengan berkembangnya peradaban dunia dan menonjolnya egoisme negara maka landasan seperti pancasilan sangat diperlukan.
“Karena itulah mengapa dewasa ini banyak tokoh dunia yang memberikan apresiasi pada Pancasila. Karena Pancasila itu sampai kapan pun akan tetap cocok untuk peradaban dunia. Bahkan tokoh katolik juga mengapresiasi Bhineka Tunggal Ika dan mengatakan bahwa itu bisa menjadi model dalam berbangsa dan bernegara,” pungkas Din.(adi)
Advertisement