Dua Putri Gus Dur di Kampus Muhammadiyah, Ini yang Terjadi
Cicit Pendiri Nahdlatul ‘Ulama (NU), Alissa Qotrunnada Munawaroh -- karib disapa Alissa Wahid -- yang juga puteri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berbicara tentang integritas dan menjaga kesatuan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Selain Alissa Wahid, juga adik bungsunya, Inayah Wulandari. Kedua putri Gus Dur ini mengingatkan, ada Pekerjaan Rumah Indonesia untuk menyongsong Indonesia emas 2045 tidak mudah namun juga bukan suatu hal yang tidak mungkin.
“Kuncinya adalah di bangunan kenegaraan yang baik, yang berkeadilan melalui sistem yang berintegritas, dan bagaimana kita semua mampu menjaga persatuan dan kesatuan,” kata Alissa Wahid, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, dari humas UMM, Rabu 10 April.
“Kuncinya adalah di bangunan kenegaraan yang baik, yang berkeadilan melalui sistem yang berintegritas, dan bagaimana kita semua mampu menjaga persatuan dan kesatuan,” kata Alissa Wahid
Alissa menekankan, menyongsong Indonesia emas 2045 dibutuhkan upaya kolektif yang dibangun oleh seluruh element bangsa. Tidak boleh terpecah hanya memikirkan kepentingan sepihak dan kelompoknya, namun mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk kemajuan bersama. Langkah kolektif tersebut didukung dengan kemandirian masyarakat dalam menopang kebutuhan hidupnya.
Sebagai kesatuan element bangsa, generasi milenial tidak bisa dinegasikan dari upaya keberlanjutan mempertahankan dan memajukan Indonesia. Karena, bangsa dan negara ini adalah titipan generasi yang akan datang. Pelibatan generasi milenial menjadi suatu yang penting, karena 2045 menjadi masa Indonesia dilimpahi bonus demografi yang melimpah.
“Kita butuh para generasi milenial ini untuk men-tasyarufkan atau membagikan ruang dirinya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita butuh generasi yang tidak apatis terhadap politik, kita butuh generasi yang jangan diam terhadap apa yang terjadi di sekitar kita,” kata Alissa Wahid, yang tampil ditunjuk menjadi panelis pada Dialog Kebangsaan di Aula IV UMM, Selasa 9 April.
Generasi milenial, generasi yang melek teknologi didukung dengan kuatnya jiwa filantropi menjadi modal besar dalam membangun manusia Indonesia di masa yang akan datang. Karena dalam menghadapi dunia yang bergerak diatas rel ‘kecerdasan buatan’, manusia Indonesia perlu menghidupkan nilai-nilai humanis karena mutlak dibutuhkan dalam penanganan persoalan krisis kemanusiaan yang masa yang akan datang.
Mengutip salah satu konsep ahli Psikologi Keluarga Alissa menyebut, pemimpin milenial harus memiliki karakteristik yang terangkum di lima keterampilan berfikir. Kalau tidak, dia akan menjadi orang yang digilas roda zaman.
“Yakni menguasai ilmu, mampu berinovasi, berpikir kritis dan kreatif, menghormati orang lain, serta terakhir yakni mampu membedakan mana benar-mana salah,” tutur Koordinator Gusdurian Nasional ini. (adi)