Dua Pesan Khusus Menlu RI Pimpin Kelompok Kerja OKI di PBB
Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi mengatakan, tren ujaran kebencian, fanatisme dan intoleransi terhadap Islam terus meningkat. Retorika bernuansa politik membenci kelompok Muslim yang tidak sesuai dengan nilai demokrasi dan kemajemukan semakin mengkhawatirkan.
Menteri Luar Negeri RI mengatakan hal itu, dalam sabutan saat memimpin Kelompok Kerja OKI untuk Perdamaian dan Dialog atau OIC Contact Group on Peace and Dialogue di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-74, 23 September 2019.
Kelompok Kerja OKI ini dilangsungkan untuk mengesahkan rancangan Rencana Aksi untuk Melawan Islamophobia, Diskriminasi Agama, Intoleransi dan kebencian terhadap kelompok Muslim tahun 2020-2023/Plan of Action on Combating Islamophobia, Religious Discrimination, Intolerance and Hatred towards Muslims 2020-2023.
Draft ini telah dibahas dan disepakati oleh Pertemuan Pertama Kelompok Kerja OKI untuk Perdamaian dan Dialog di Jakarta tanggal 29-30 Juli 2019.
Negara OKI memberikan apresiasi yang besar atas kepemimpinan dan prakarsa Indonesia yang menjadi tuan rumah pertemuan pertama Kelompok Kerja OKI dimaksud.
“Dokumen Rencana Aksi tersebut digunakan sebagai acuan bagi aksi dan kerja sukarela negara OKI dalam mengatasi Islamophobia di dunia dewasa ini" sebut Retno, dalam siaran pers Kemenlu RI, diterima ngopibareng.id, Rabu 25 September 2019.
Inisiatif Indonesia tersebut lahir dari keprihatinan semakin banyaknya tindak kekerasan yang didasarkan pada sentimen primordial, termasuk tragedi di Christcurch, Selandia Baru.
Menlu Retno tegaskan, pengesahan rencana kerja tersebut oleh negara OKI akan membawa 2 pesan penting yaitu:
Pertama, konsolidasi komunitas Muslim untuk menegakkan nilai Islam yang damai dan toleran. Pemimpin komunitas Islam harus bersuara keras dan tegas untuk melawan aksi kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam.
“Kita semua pemimpin negara Islam harus memastikan bahwa tidak ada ruang sekecil apapun bagi kelompok radikal yang dapat berkembang di masyarakat kita" tegas Retno.
Kedua, Negara Islam harus mempromosikan wajah Islam yang sesungguhnya yaitu Islam yang rahmatan Lil-alamin kepada dunia. Negara Islam harus berani menyampaikan pesan yang tegas bahwa terorisme dan ektrimisme tidak ada kaitannya dengan agama dan ajaran Islam.
Negara OKI harus menjadi mesin untuk mempromosikan keharmonisan antar peradaban baik di forum OKI maupun di forum multiklateral lainnya.
“Negara OKI harus menyuarakan nilai Islam yang sesungguhnya di setiap ruang dan Gedung PBB ini" tutur Menlu pertama Perempuan Indonesia ini.
Menlu Retno bersama dengan Sekjen OKI memimpin pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri 19 negara OKI anggota Kelompok kerja tersebut. Pembentukan Contact Group on Peace and Dialogue (CG-PD) OKI merupakan inisiatif Presiden Joko Widodo yang digulirkan saat menjadi Tuan Rumah KTT darurat OKI mengenai Al-qudsh Assyarif di Jakarta tahun 2016.
Kelompok Kerja ini disahkan oleh OKI melalui keputusan pertemuan KTM OKI di Abu Dhabi Maret 2019 dan KTT OKI di Mekkah pada Mei 2019 lalu.
Advertisement