Dua Napiter Lapas Madiun Jebolan JAD Berikrar Setia kepada NKRI
Dua narapidana kasus terorisme (napiter) Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Kelas I Madiun berikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kamis, 10 Agustus 2023. Kedua napiter itu yakni Nashrullah Nur dan Fahrurozi.
Syahrullah terbukti terafiliasi dengan Jamaah Ansarut Daulah (JAD). Sedangkan Fahrurozi telah melakukan tindak pidana terorisme karena terafiliasi dengan Jamaah Islamiyah (JI). Keduanya dipindah ke Lapas I Madiun dari Rutan Cikeas dan Rutan Polda Metro Jaya sejak Maret 2023 lalu.
Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jatim, Teguh Wibowo menegaskan, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk keberhasilan pembinaan kepada narapidana yang dilakukan oleh Lapas Kelas I Madiun.
Atas pernyataan ikrar setia kepada NKRI ini, berarti warga binaannya siap untuk mencintai NKRI dan bersama-sama menjaga Pancasila dengan menghargai perbedaan yang ada.
"Dan yang paling penting memahami bahwa Pancasila bukan hanya berkedudukan sebagai dasar negara Republik Indonesia, tetapi juga sebagai ideologi Nasional, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan pemersatu bangsa," ujar Teguh.
Setelah pernyataan ikrar setia kepada NKRI ini, Teguh berharap kepada warga binaan untuk terus berbuat baik. Mereka juga diharapkan mampu menyesuaikan diri, beradaptasi dengan lingkungannya, serta aktif dalam mengikuti semua kegiatan pembinaan.
"Tetap semangat dalam menjalani sisa pidana di dalam lapas. Karena dengan ikrar, bisa jadi penggugur syarat mendapatkan hak-hak bersyarat seperti remisi hingga pembebasan bersyarat," ucapnya.
Selain itu, Teguh juga berpesan agar keduanya bersikap dan bertingkah laku sebagai insan hamba Tuhan yang beriman dan bertaqwa. Selanjutnya mereka dapat mengimplementasikan cipta, rasa, karsa secara tepat, serta dapat bersikap adil dan menjunjung toleransi beragama di masyarakat.
"Selama tahun 2023, sudah 10 napiter yang melaksanakan ikrar dan janji setia kepada NKRI, sehingga saat ini ada 17 napiter yang sudah NKRI dari total keseluruhan 21 napiter di Jatim," katanya.
Sementara itu, Kalapas I Madiun Kadek Anton Budiharta mengatakan bahwa, ikrar setia NKRI bukan akhir dari proses deradikalisasi. Masih ada perjalanan panjang untuk menghasilkan kontranarasi dari kelompok teroris yang masih aktif.
"Masih ada program pembinaan lanjutan untuk memastikan narapidana teroris benar-benar telah menunjukkan perubahan perilaku," tuturnya.
Pria asal Bali itu mengakui bahwa dukungan rekan sejawat mantan napiter yang sudah bebas juga bisa mempercepat dan semakin memantapkan keyakinan kedua napiter, sehingga, bisa membantu pihaknya melakukan pembinaan secara optimal.
"Ini jadi salah satu bentuk kolaborasi kami dengan pihak eksternal untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi," tuturnya.
Syahrullah maupun Fahrurrozi mengaku sudah mantap menyatakan ikrar setia kepada NKRI. Menurut Syahrullah proses pembinaan narapidana terorisme atau program deradikalisasi di Lapas I Madiun tidak semata-mata menjadikan narapidana objek pembinaan. Tetapi juga sebagai subjek yang dilibatkan dalam kegiatan pembinaan itu sendiri.
"Kami berterima kasih kepada wali narapidana teroris dan Kalapas Madiun, karena kami tidak melulu dicekoki oleh pembinaan tetapi diikutsertakan untuk merancang pembinaan menjadi lebih efektif," kata Syahrullah.
Sedangkan Fahrurrozi berpesan untuk orang-orang yang masih berideologi keras agar memperbanyak literasi dan memperluas wawasan.
"Selama di lapas, cara pandang kami dibuka dan diarahkan agar tidak terjebak dengan ideologi tertentu, sehingga kami lebih terbuka dan dapat menerima perbedaan yang ada," tuturnya.
Diketahui, hingga saat ini terdapat enam napiter di Lapas I Madiun. Dari jumlah itu, tiga di antaranya sudah menyatakan ikrar kepada NKRI.