Dua Pujian Langgar Ini Bikin Gus Dur dan Kiai Hasyim Tertawa
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Kiai Hasyim Muzadi, almaghfurlahum, sama-sama pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Karena suatu masalah, kedua tokoh ini pun pernah berbeda pendapat. Ketika keduanya bertemu, tampak begitu kaku. Padahal dua tokoh tersebut merupakan produsen anekdot atau banyolan yang sangat mumpuni.
Untuk menyegarkan suasana, Ustad Syairozi, saat itu Ketua LP Maarif NU Jatim, menyampaikan cerita di hadapan keduanya tentang lirik "pujian" sebelum shalat subuh yang dilantunkan di langgar KH Imron Hamzah (Sidoarjo) dengan agak khas.
(Yang dimaksud Pujian Langgar, merupakan lantunan yang biasa dilakukan di langgar-langgar, musala dan masjid di Jawa. Liriknya, terkadang shalawat, doa-doa, juga syair-syair kebaikan. Tradisi ini berlaku sebelum menunaikan shalat fardhu berjamaah, yang terpelihara sebagai tradisi di kalangan masyarakat santri dan kaum santri)
Biasanya, di langgar atau di masjid yang dikelola orang NU, sebelum shalat subuh selalu dibacakan "pujian" yang lafadznya "La ilaha illa anta, ya hayyu ya qoyyum".
Tapi di langgar Kiai Imron, memang lain. "Pujian"-nya berbunyi "La ilaha illa “ente”, ya hayyu ya qoyyum".
Mendengar cerita Ustad Syairozi tersebut, Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi terpingkal-pingkal. Tertawa.
Secara spontan Gus Dur berucap sambil terkekeh, "Wah ternyata di sana warga NU sangat akrab dengan Tuhan. Buktinya Tuhan dipanggil 'ente'." (adi)
Tapi di langgar Kiai Imron, memang lain. "Pujian"-nya berbunyi "La ilaha illa “ente”, ya hayyu ya qoyyum".