Dua Lelucon Menegangkan, Saat Kiai Hasyim Muzadi Protes Gus Dur
Dua pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) paling kaya lelucon: KH Abdurrahman Wahid dan KH Ahmad Hasyim Mzuadi. Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi sama-sama pernah menjadi Ketua Umum PBNU dan pernah berbeda pendapat. Gus Dur
Pujian di Langgar Beda Makna
Suatu ketika, keduanya bertemu, tampak begitu kakunya. Padahal dua tokoh tersebut merupakan produsen anekdot atau banyolan yang sangat mumpuni.
Untuk menyegarkan suasana, H Syairozi (Almaghfurlah, saat itu Ketua LP Maarif NU Jatim) menyampaikan cerita di hadapan keduanya tentang "pujian" sebelum salat subuh yang dilantunkan di langgar KH Imron Hamzah di Sepanjang, Sidoarjo dengan agak khas.
Biasanya, di langgar atau di masjid yang dikelola orang NU, sebelum salat subuh selalu dibacakan "pujian" yang lafadznya "La ilaha illa anta, ya hayyu ya qoyyum".
Tapi di langgarnya Kiai Imron, lain. "Pujian"-nya berbunyi "La ilaha illa “ente”, ya hayyu ya qoyyum".
Mendengar cerita Syairozi tersebut, Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi terpingkal-pingkal. Secara spontan Gus Dur berucap sambil terkekeh, "Wah ternyata di sana warga NU sangat akrab dengan Tuhan. Buktinya Tuhan dipanggil 'ente'."
Ketika Gus Dur Diprotes Kiai Hasyim Muzadi
Memang, guyonan selalu menjadi ciri khas kaum Nahdliyin. Bahkan lontaran humor kiai pun kerap terjadi, seperti yang terjadi antara Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi dan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Suatu hari Kiai Hasyim merasa sejak Gus Dur jadi presiden, organisasinya belum mendapatkan fasilitas. Tak ayal, kala bertemu dengan Gus Dur, sang kiai melontarkan celetukan.
"Saya kok sekarang nggak pernah dipakai? Masih mending zaman Pak Harto (Presiden RI ke-2) kalau sowan ke Istana minimal dioleh-olehi sarung," ujar Kiai Hasyim.
Padahal, imbuhnya, presidennya sekarang warga Nahdliyin justru malah susah. Bahkan saking kesalnya, Kiai Hasyim pernah bicara dalam bahasa Jawa sebagai bentuk protes ke Gus Dur.
"Gus, itu para kiai yang datang kok nggak diberi bekal?"
Gus Dur dengan enteng menjawab, "Lah mereka bisa datang sendiri kok, masak nggak bisa pulang sendiri."
* Sumber: buku Saya Nggak Mau Jadi Presiden, Kok! Ger-Geran Lagi Bersama Gus Dur karya Hamid Basyaib dan Fajar W Hermawan (2001)
Catatan Redaksi:
Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi, dua dari beberapa ulama nasional yang dimiliki bangsa Indonesia. Keduanya hampir identik satu sama lain. Keduanya ulama tipe Islam moderat yang lebih mengutamakan kedamaian bangsa daripada sibuk bergeliat pada egoisme agama.
Keduanya pernah bergantian mengemban amanat menjadi komandan ormas Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama.
Dalam kancah kenegaraan, keduanya pernah menjadi pendamping politik Megawati Soekarno Putri. Dan pernah pula menghadapi lawan politik sesama kader NU; Gusdur vs Hamza Haz, Matori Abdul Djalil, Alwi Shihab, hingga Muhaimin Iskandar. Sementara Kiai Hasyim vs Jusuf Kalla, Gus Salahudin Wahid, dan Hamza Haz pula. Keduanya Pernah menyandang nama presiden. Meski istilah presiden pada Kiai Hasyim Muzadi diberi embel-embel "Dewan Pertimbangan".
Keduanya menyandang gelar pemimpin yang memecah rekor terbanyak dalam diplomasi ala plesiran ke penjuru dunia. Gus Dur dengan wadah presidennya dan Kiai Hasyim dengan wadah PBNU. Meski tindakan keduanya kerap dimanfaatkan kelompok panas otak utk melabeli beliau liberal, antek barat, dan sesat.
Keduanya kerap berkontribusi dalam forum cendekiawan, Gus Dur kerap menyandang diri sebagai penyeimbang Pemikiran tokoh semacam Habibie di ICMI, sementara Kiai Hasyim Muzadi pencetus ide forum ICIS sebagai pelindung nilai Islam damai. Bahkan ketika keduanya wafat, Gus Dur wafat hari Rabu, sedang Kiai Hasim Muzadi hari Kamis, seakan mirip seperti realita bahwa Kiai Hasyim menjadi ketua PBNU menggantikan Gus Dur pada periode sebelumnya.
Seakan julukan "The Chosen One" dalam Bola pada David Moyes juga melekat pada diri Kiai Hasyim Muzadi. Bedanya jika Moyes dipilih Alex Ferguson untuk menggantikannya melatih Man Utd berdasar pada egositas Fergie sesama warga skotlandia. Sedang Kiai Hasyim dipilih langsung oleh Allah SWT menggantikan, melengkapi, dan penyeimbang peran Gus Dur bagi Nahdliyyin, seluruh umat Islam, dan segenap bangsa Indonesia pula.
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2010. Kiai Hasyim Muzadi wafat pada 16 Maret 2017.