Dua Kiai Miskin, Menurut Kiai Said Aqil Siroj
Selalu ada anekdot di antara para kiai dan ulama pesantren. Tak penting, memang. Tapi patut direnungkan dan dicermati dengan baik.
"Kenangan bersama Gus Baha" ini merupakan catatan kecil KH Husein Muhammad, dalam suatu pertemuan pernikahan, yang membikin kita tersenyum simpul:
Suatu pagi aku hadiri akad nikah putri kiai Ni'am Aqil Siroj dengan putranya kiai Muhammad Aqil Siroj. Keduanya adik Kiai Sa'id Aqil Siraj. Mantan Ketua Umum PBNU. Disaksikan oleh putra-putra Kiai Embah Maimun Zubair, Gus Baha Nursalim, santri kesayangan Mbah Maimun, Kiai Jirjis Ali Maksum, Yogyakarta, Kiai Hasanuddin Kriyani Buntet, Kiai Subhan Makmun Brebes, dan ratusan kiai lainnya.
Aku duduk disampingnya. Sebelum aku menyampaikan khutbah nikah, Gus Baha bisiki aku. "Menurut njenengan " Darwish niku ditujukan ke seseorang"?.
Aku jawab :"iya populer untuk menunjuk Syeikh Syams Al Din Al Tabrizi, gurunya Maulana Jalal Al Din al Rumi".
Gus Baha mengangguk : Oh, ya nggih".
Lalu aku bilang lagi: Syaikh Syams Tabrizi juga acap disebut Syams al Thair (tukang terbang bagai burung). Kadang "al Jawwal", tukang jalan-jalan. Pengelana. Aku membaca buku Qawaid al Isyq al Arba'un.
"Asyik deh".
Lalu aku mikir : Wah Gus Baha kok tanya itu ke aku ya?. Dari mana ya?. Mungkinkah beliau membaca tulisanku atau mendengar tentang aku yang suka menyebut nama julukan itu ya?.
Buku itu menceritakan perbincangan dua orang sufi besar yang melegenda selama 40 hari, yang mengubah pikiran dan hati Maulana Rumi.
Usai itu Gus Baha menyampaikan "Taushiyah" singkat yang acap bikin hadirin tertawa kecil. Mengesankan. Gus Baha mengenakan baju putih berbahan sederhana. Berpeci hitam dengan dahi/kening terbuka. Meski masih muda tetapi pengetahuan agamanya bagai lautan.
Kiai Said Aqil Siroj, saat ceramah singkat menyebut aku dan Gus Baha itu kiai miskin. Aku dan Gus Baha saling bertatapan dan mengacungkan telapak tangan, sambil tersenyum.
Sekadar kenangan, bertemu Gus Baha.
Akhlaq Nabi
Mendahulukan melayani orang lain daripada kepentingan pribadinya.
- Jika ada orang yang duduk menunggunya ketika sedang shalat, beliau mempersingkat shalatnya lalu menemuinya sambil mengatakan: apakah ada yang bisa aku bantu?.
-Ketika mendengar cucunya menangis, Nabi menyegerakan shalatnya, lalu menemui dan menggendongnya.
-Ketika masuk dalam suatu majlis, beliau duduk di tempat mana saja yang kosong yang dilihatnya pertama kali.
Demikian catatan KH Husein Muhammad. Sambil menunggu akad nikah di pesantren Khas. (07.10.2023/HM)