Dua Juta Informasi Terkumpul, Bukti Pelanggaran HAM Myanmar
Para pakar berhasil mengumpulkan 2 juta keping informasi yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar. Nicholas Koumjian, kepala Mekanisme Myanmar, mengatakan targetnya adalah berbagi bukti ini dengan pengadilan dan menegakkan keadilan.
Tim profesional ini secara resmi dikenal sebagai Mekanisme Investigasi Independen untuk Myanmar, (IIMM) atau disingkat Mekanisme Myanmar, dan dibentuk pada tahun 2018 oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
"Kami sekarang melihat bukti yang telah kami kumpulkan, lebih dari dua juta keping, dan menganalisisnya dalam berbagai situasi, yang kami yakini berpotensi menjadi kasus kriminal terhadap individu yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut," kata Koumjian, seperti dikutip dari UN News, Sabtu 16 Oktober 2021.
Mekanisme tersebut dibentuk setelah Misi Pencari Fakta Internasional Independen menemukan “pola yang jelas” adanya pelanggaran oleh militer, yang dikenal sebagai Tatmadaw, dan menegaskan bahwa para pelaku “pelanggaran hak asasi manusia berat”, termasuk terhadap Rohingya, tidak boleh pergi tanpa mendapatkan hukuman.
Sumber Bukti ke Pengadilan
"Kami memiliki mereka yang berpengalaman dalam menggunakan bukti sumber terbuka dan sistem informasi yang sangat canggih dan aman, sehingga informasi yang kami kumpulkan dan simpan, dijaga kerahasiaannya dan tidak ada yang memiliki akses ke sana, dan itu juga memungkinkan kami menganalisis jumlah data yang sangat besar yang telah kami kumpulkan," jelas Koumjian.
Meski demikian, menurutnya, IIMM bukan pengadilan, juga tidak memiliki kekuatan untuk mengadili. Harapannya adalah semua informasi yang seharusnya bisa hilang, disimpan, dan kemudian dibagikan ke pengadilan nasional, regional atau internasional.
"Kami secara khusus diminta untuk bekerja sama dengan Pengadilan Kriminal Internasional, yang memiliki penyelidikan terkait dengan Negara Bagian Rakhine [rumah bagi banyak Muslim Rohingya yang sebagian besar telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh], dan kami melakukan itu," katanya.
Bukti Membantu Para Hakim
"Kami juga telah diminta oleh pihak-pihak di Mahkamah Internasional untuk berbagi bukti, dan kami melihat situasi itu. Kami ingin membantu para hakim dalam kasus itu untuk mencapai keputusan terbaik, jadi kami sepakat untuk mencari bukti relevan yang dapat kami bagikan, dengan izin dari mereka yang memberikannya kepada kami," tambahnya lagi.
Kepala Mekanisme, Nicholas Koumjian, menjelaskan pentingnya melestarikan bukti ini sebelum berpotensi hilang.
“TKP bisa terganggu, jasad-jasad membusuk, luka-luka bisa sembuh, ingatan orang bisa pudar, saksi yang punya informasi bisa meninggal,” jelasnya. “Jadi sangat penting untuk mengumpulkan informasi selagi bisa," tuturnya.
Advertisement