Dua Humor Gus Dur: Usia Mumi dan Pak Dandim, Becak Dilarang Masuk
Bagi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), humor itu punya nilai tersendiri. Bukan sekadar memecahkan suasana kaku dan hening, humor juga berfungsi sebagai alat otokritik terhadap suatu keadaan.
Belajar banyak dari buku ‘Mati Ketawa ala Rusia’, Gus Dur meyakini bahwa humor yang beredar di masyarakat adalah humor yang dipersatukan oleh kesamaan rasa. Sehingga Gus Dur senang sekali melemparkan humor yang multitafsir diberbagai kesempatan. Karena menurut Gus Dur, “humor layaknya puisi dan spanduk, memang tidak bisa menurunkan sebuah rezim. Tapi humor, puisi dan spanduk mampu membusukkan sebuah pemerintahan.”
1. Usia Mumi dan Pak Dandim
Humor ini dilempar Gus Dur di sebuah forum diskusi. Suatu saat pemerintah Mesir mengadakan sayembara menebah usia mumi. Puluhan negara diundang sebagai peserta. Masing-masing mengirimkan jagoannya, begitu pula dengan Indonesia mengirimkan seorang komandan Kodim.
Tim Prancis, tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir. Setelah ukur sana, ukur sini. Namun setelah dua jam, mereka angkat tangan.
Pakar Amerika perlu waktu lebih lama, tapi taksirannya keliru. Tim Jerman mengatakan usia mumi itu 3200 tahun. Ternyata salah.
Giliran peserta Indonesia maju, Pak Dandim (Komandan Kodim) kita ini bertanya pada panitia, bolehkan dia memerika mumi itu di ruangan tertutup. Panitia kemudian mempersilakan. Lima belas menit kemudian, Pak Dandim ini keluar dan dengan percaya diri mengumumkan temuannya pada juri.
“Usia mumi ini 5124 tahun 3 bulan dan 7 hari,” kata Pak Dandim dengan mantap.
Ketua dan tim juri terbelalak takjub. Ternyata jawabannya tepat sekali. Bagaimana mungkin Dandim ini bisa menjawab tepat hanya dengan waktu yang singkat Hadiah pun diberikan.
Ucapan selamat mengalir. Menjelang kembali ke Indonesia, wartawan masih merubuh dandim dan menanyakan bagaimana caranya menebak usia mumi dengan tepat.
“Anda luar bisa, bagaimana anda tahu dengan persis usia mumi tersebut ” tanya seorang wartawan.
Pak dandim menjawab “Saya gebuki muminya, ngaku dia.”
2. Becak Dilarang Masuk
Saat menjadi presiden, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selalu bikin lawan bicara ketawa. Tak kecuali, Sekjen PBB Khofi Anan, yang terkenal itu. Bukan hanya itu, juga Raja Arab Saudi, Ratu Beatrix dari Belanda, dll.
Kali ini, Gus Dur bersama pembantunya. Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik. Cerita ini masuk dalam buku "Setahun bersama Gus Dur: Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit".
Ceritanya, ada tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang masuk”.
Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tidak boleh masuk jalan ini,” bentak polisi.
“Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong. Becak saya kan ada yang mengemudi,” jawab si tukang becak .
“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,” jawab si tukang becak sambil cengengesan.
Nah, Anda bisa memberi interprestasi yang khas terhadap humor-humor Gus Dur ini.
Advertisement