Dua Hari di RSI Jemursari, Ketua Umum MUI Akhirnya Boleh Pulang
Perkembangan kondisi kesehatan Ketua Umum MUI KH Mictachul Akhyar cukup menggembirakan. Setelah dirawt di RSI Jemursari Surabaya, Kiai Miftach kini diperkenankan pulang.
Kiai Miftachul Akhyar adalah Pengasuh Pesantren Miftachus Sunnah Kedung Tarukan Surabaya. Rais Aam PBNU dalam perawatan setelah mengalami kecelakaan terjadi di Tol Semarang-Solo saat perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya, Kamis 12 Agustus 2021.
"Alhamdulillah, setelah menjalani observasi selama dua hari, Abuya KH. Miftachul Akhyar) sudah diperkenankan pulang dari RSI Jemursari Surabaya," tutur Gus Zakki, putra Kiai Miftachul Akhyar, dalam keterangan Minggu 15 Agustus 2021.
Menurutnya, untuk mempercepat proses pemulihan kondisi Kiai Miftach, Majelis Keluarga Ponpes Miftachus Sunnah memutuskan untuk sementara waktu beliau tidak menerima tamu.
"Kami mohon maaf, dukungan dan doa, semoga kondisi beliau segera pulih seperti sedia kala dan dapat beraktivitas kembali bersama kita," kata Gus Zaki, atas nama Majelis Keluarga PP Miftachus Sunnah.
Kesaksian Peristiwa Kecelakaan
Kesaksian dalam peristiwa kecelakaan mobil yang menimpa Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar terjadi di Tol Semarang-Solo saat perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya, Kamis 12 Agustus 2021 diungkap salah seorang rombongan, Kusnanto yang ikut dalam mobil.
Pada pukul 05.55 WIB, kata Kusnanto, mobil rombongan Kiai Miftach bernomor polisi S 1447 NT berada di jalur kanan. Kemudian mobil yang ditumpangi tersebut menghindari mobil yang ada di depannya. Saat menghindar, ada truk berwarna hijau di jalur kiri yang melaju dengan pelan.
“Jadi sempat menghindar dari mobil, terus di depan ada truk. Truk itu melaju dengan pelan," kata Kusnanto.
Asisten Kiai Miftach ini menjelaskan, di dalam mobil rombongan ada empat orang. "Kiai Miftach duduk tepat di belakang supir. Di depan itu supir, sebelah kiri saya, Rais Aam tepat di belakang Mas Indra (supir). Paling belakang, Gus Zaki (putra Kiai Miftach),” tutur Kusnanto,
Ulama yang Menyejukkan
KH Miftachul Akhyar tentu saja bukan nama baru di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Terutama Nahdliyin dan kalangan pesantren Jawa Timur. Ia pun memimpin Majelis Ulama Indonesia, dan mewakili Indonesia dalam forum Mufti Tertinggi sedunia, di Mesir, awal Agustus 2021.
Kiai Miftachul Akhyar lahir dari tradisi dan melakukan pengabdian di NU sejak usia muda. Tak heran hingga kini dirinya mengemban puncak kepemimpinan NU, sebagai Penjabat Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Kiai Miftah adalah putra pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah KH Abdul Ghoni. Beliau lahir tahun 1953, anak kesembilan dari 13 bersaudara.
Di NU, Kiai Miftach pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018 dan Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 yang selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020, di Gedung PBNU, Sabtu 22 September 2018.
KH Miftachul Akhyar tercatat pernah nyantri di Pondok Pesantren Tambak Beras, Pondok Pesantren Sidogiri (Jawa Timur), Pondok Pesantren Lasem Jawa Tengah, dan mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Penguasaan ilmu agama Kiai Miftachul Akhyar ini membuat kagum Syekh Masduki Lasem sehingga ia diambil menantu oleh kiai yang terhitung sebagai mutakharrijin (alumnus) istimewa di Pondok Pesantren Tremas. Kemudian Kiai Miftachul Akhyar mendirikan Pondok Miftachus Sunnah di Kedung Tarukan mulai dari nol.
Awalnya dirinya hanya berniat mendiami rumah sang kakek, tetapi setelah melihat fenomena pentingnya “nilai religius” di tengah masyarakat setempat, maka mulailah beliau membuka pengajian. Ini dilakukan karena konon, kampung Kedung Tarukan terkenal sejak lama menjadi daerah yang tidak ramah pada dakwah para ulama.
Namun berkat akhlak dan ketinggian ilmu yang dimilikinya, beliau berhasil mengubah kesan negatif itu sehingga kampung yang “gelap” menjadi “terang dan sejuk” seperti saat ini dalam waktu yang relatif singkat.
Kesederhanaan Kiai Miftachul Akhyar, terekam dengan jelas dalam bentuk penghormatan terhadap tamu. Kiai Miftah tidak segan-segan menuangkan wedang dan menyajikan cemilan kepada tamunya.
Ia belajar akhlak dari ayahandanya, KH Abdul Ghoni. Ayah KH Miftachul Akhyar merupakan karib KH M Utsman al-Ishaqi Sawahpulo saat sama-sama nyantri kepada Kiai Romli di Rejoso, Jombang. Terlebih lagi saat sang ayah nyantri kepada Kiai Dahlan Ahyad Kebondalem, pendiri MIAI dan Taswirul Afkar.
Terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) -- lembaga independen yang mewadahi para ulama, zuama, dan cendikiawan Islam -- dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-10 yang akan dilaksanakan pada 25-28 November 2020.
Advertisement