Dua Hal Penting, Benarkah Doa Sesudah Salat Termasuk Bid'ah?
Ada hal-hal kecil terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama (khilafiyah) dalam fikih Islam. Misalnya, soal usai salat apakah dianjujrkan berdoa, ataukah bila ada yang berdoa termasuk bid'ah?
Terkait hal ini, Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur memberi penjelasan singkat dan jelas berikut.
Kita buka dengan pelajaran yang terdapat di pesantren dulu:
دليل من أدلة الشرع وربما كان ذلك نصا وربما كان استنباطا
"Diantara dalil syariat adakalanya secara Nash (jelas) dan adakalanya istimbath (menggali hukum dari dalil)" (At-Tabshirah, 1/301)
Hampir semua amalan kita yang dituduh bidah bersumber dari metode istimbath. Kita maklumi karena mereka tidak belajar ilmu Ushul Fiqh, sebuah disiplin ilmu yang menjelaskan tata cara ijtihad dari dalil menjadi produk Hukum. Makanya para ulama Mesir menyebut Salafi dengan kalimat النابتة. Cari sendiri maknanya di google.
Berdoa bersama disertai membaca Amin berdasarkan ijtihad yang menggunakan metode istimbath ini.
Syaikh Al-Mubarakfuri, sebelum menyampaikan kesimpulannya, terlebih dahulu mengutip hadis:
1. Keutamaan berdoa setelah salat
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ قَالَ « جَوْفُ اللَّيْلِ الآخِرُ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ ». (رواه الترمذى) قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Hadis: "Kapankah doa yang paling dikabulkan?" Nabi menjawab: “Di tengah malam akhir dan selesai salat wajib” (HR al-Tirmidzi, hadis hasan)
2. Keutamaan mengangkat tangan saat berdoa setelah salat
عَنِ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الصَّلاَةُ مَثْنَى مَثْنَى تَشَهَّدُ فِى كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَتَخَشَّعُ وَتَضَرَّعُ وَتَمَسْكَنُ وَتَذَرَّعُ وَتُقْنِعُ يَدَيْكَ يَقُولُ تَرْفَعُهُمَا إِلَى رَبِّكَ مُسْتَقْبِلاً بِبُطُونِهِمَا وَجْهَكَ وَتَقُولُ يَا رَبِّ يَا رَبِّ مَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَهِىَ خِدَاجٌ » (رواه الترمذى)
Hadis: "Salat Sunah itu dua rakaat, tasyahud tiap dua rakaat. Khusyuk, rendah diri, tenang dan engkau angkat kedua tanganmu menghadap bagian dalam tangan ke wajahmu, “Ya Tuhanku”. Jika tidak melakukan demikian maka terasa kurang. (HR al-Tirmidzi)
Tarjih yang beliau sampaikan:
قُلْت : الْقَوْلُ الرَّاجِحُ عِنْدِي أَنَّ رَفْعَ الْيَدَيْنِ فِي الدُّعَاءِ بَعْدَ الصَّلَاةِ جَائِزٌ لَوْ فَعَلَهُ أَحَدٌ لَا بَأْسَ عَلَيْهِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .
Al-Mubarakfur: “Pendapat yang kuat menurut saya bahwa mengangkat kedua tangan saat doa setelah salat adalah boleh. Jika seseorang melakukan maka tidak apa-apa” (Tuhfat al-Ahwadzi, 1/331)
Dan hadis berikut menjelaskan keutamaan membaca "Amin" saat ada yang berdoa:
عن أبي هريرة قال للناس سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لا يجتمع ملأ فيدعو بعضهم ويؤمن سائرهم إلا أجابهم الله. رواه الطبراني ورجاله رجال الصحيح غير ابن لهيعة وهو حسن الحديث.
Hadis: “Tidak ada suatu kaum yang berkumpul, sebagian mereka berdoa dan sebagian lain meng-amini, kecuali Allah mengabulkan doa mereka” (HR Thabrani, para perawinya sahih, kecuali Ibnu Luhaiah, ia hadisnya hasan)
Demikian penjelasan Ust Muhammad Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.