Wujudkan Dua Hal Konkret, Ciri Pemimpin Merakyat ala Muhammadiyah
PP Muhammadiyah mengingatkan pentignya pemimpin yang merakyat. Untuk memajukan taraf hidup masyarakat, Indonesia perlu melakukan dua hal konkret.
Pertama, mengubah mindset umat Islam dan bangsa Indonesia. Kedua, mengakselerasi kinerja pusat-pusat keunggulan yang berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dua hal ini, lebih konkret untuk memajukan bangsa daripada mempertaruhkan nasib pada sosok pemimpin yang dikategorikan sebagai pemimpin merakyat.
“Perlu perubahan mindset di tubuh umat Islam dan bangsa Indonesia jika ingin maju. Selain mengubah pola pikir komunalitas yang irasional kepada cara berpikir yang lebih rasional, objektif, meritokrasi, berbasis sistem yang good governance dan insyaAllah Muhammadiyah siap dalam sistem yang seperti ini. Tapi kalau sistem yang gontok-gontokan, kita tidak pernah naik kelas sebagai bangsa dan sebagai umat,".
Demikian kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir. Menurutnya, mindset komunalitas irasional yang dimaksud adalah corak alam pikiran yang serba goyah, mudah termakan oleh isu-isu artifisial tertentu, lalu pindah ke isu-isu lain tanpa menyelesaikan masalah dari satu isu pun.
Mindset Komunalitas
Berbagai contoh yang ada dari mindset komunalitas ini misalnya seperti gairah untuk mengekspor gagasan Islam Indonesia ke dunia internasional, padahal masalah substansial di dalam negeri sendiri banyak yang belum selesai.
Di sisi lain, mudahnya bangsa Indonesia terkecoh oleh sosok yang dikategorikan sebagai pemimpin merakyat lewat retorika dan pembentukan narasi, padahal rekam jejaknya tidak memadai.
“Di era medsos itu orang gak berbuat apa-apa di pasar, hanya nampang saja, (kebetulan) tokoh, lalu wah (disebut) merakyat. Padahal cuma lewat. Dia gak memberdayakan orang yang ada di pasar itu untuk berubah dari kelas UMKM menjadi kelas menengah ke atas. Cuma lewat atau mampir ke tukang pecel tanpa mengubah nasib tukang pecel itu yang dia tetap menderita di tengah glamoritas tokoh atau siapapun dia yang memperoleh keuntungan dari (kapitalisasi) kemiskinan itu,” kritik Haedar, dalam keterangan dikutip Rabu 26 Juli 2023.
“Tapi orang Indonesia kan suka yang gitu-gitu kan? (lalu terkesan) Wah ini tokoh yang merakyat. Padahal, tokoh yang merakyat seharusnya yang bisa mengubah nasib rakyat secara signifikan sehingga dia menjadi lebih sejahtera,” imbuhnya.
Jika bangsa Indonesia bisa keluar dari mindset komunalitas irasional ini, dan didukung dengan pengembangan pusat-pusat keunggulan yang mumpuni, Haedar percaya daya saing bangsa Indonesia bisa naik kelas dan bangsa Indonesia mulai layak untuk mempromosikan gagasannya ke dunia luar.
“Nah mudah-mudahan lewat Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, lewat Rumah Sakit Muhammadiyah, kita bisa terus berbuat mencerdaskan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan membawa Indonesia itu lebih unggul berkemajuan,” tuturnya, dalam pidato pelantikan Rektor Unimus, belum lama ini.