Dua Hal Ditakuti Sayidina Ali, Hasrat Hati dan Harapan Diulur
Sayidina Ali bin Abi Thalib karammallahu waj-hahu (Kwa) dikenal sebagi Sahabat Nabi yang intelek dan pemberani. Pemberani dalam menegakkan kebenaran dan ajaran-ajaran Islam.
Namun, ada dua hal yang sangat ditakuti suami dari Siti Fathimah ini. Sebagaimana dipesankan langsung Sayidina Ali bin Abi Thalib berikut.
"Wahai manusia, yang paling saya takuti tentang Anda ada dua hal: bertindak menurut hawa nafsu dan mengulurkan harapan.
"Mengenai bertindak menurut hawa nafsu, ini mencegah kebenaran; dan mengenai penguluran harapan, hal itu membuat orang melupakan dunia akhirat.
"Anda harus tahu bahwa dunia ini sedang bergerak dengan cepat dan tak ada yang tertinggal darinya kecuali zarah-zarah terakhir, seperti ampas dari sebuah mangkuk yang telah dikosongkan seseorang.
Berhati-hatilah, dunia akhirat sedang mendekat, dan kedua-duanya mempunyai putra-putra, yakni pengikut.
Anda harus menjadi putra-putra akhirat karena di Hari Pengadilan setiap putra akan melekat pada ibunya.
Hari ini adalah hari beramal dan tak ada perhitungan, tetapi hari esok adalah hari perhitungan dan tak akan ada (kesempatan untuk) beramal."
Demikian dikuti dari Khotbah Sayidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu, No 42 dari Kitab Nahjul Balaghah.
Pada kesempatan lain, Sayidina Ali bin Abi Thali bertutur soal Ahlul Bait:
"Mereka adalah kehidupan bagi pengetahuan dan kematian bagi kejahilan.Kesabaran mereka mengatakan kepada Anda tentang pengetahuan mereka, dan diamnya mereka (menceritakan kepada Anda) tentang kebijaksanaan pembicaraan mereka.
"Mereka tidak melawan kebenaran dan tidak pula berselisih (di antara sesamanya) tentang hal itu. Mereka adalah tiang-tiang Islam dan tempat perlindungannya.
"Bersama mereka kebenaran telah kembali kepada kedudukannya dan kebatilan telah meninggalkan tempatnya dan lidahnya terputus dari akarnya. Mereka memahami agama secara cermat dan teliti, bukan hanya melalui hujatan atau para periwayat, karena periwayat pengetahuan ada banyak tetapi yang memahaminya sedikit."
Demikian dalam Kitab Nahjul Balaghah, Khutbah 239, hlm. 268.