UB Kukuhkan Dua Guru Besar FMIPA
Universitas Brawijaya (UB) telah resmi mengukuhkan dua Guru Besar dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pengukuhan ini dilaksanakan di Gedung Widyaloka, UB, Rabu 16 Januari 2019.
Keduanya yakni, Prof Dr Ing Setyawan Purnomo Sakti, MEng sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Instrumentasi dan Sensor dan Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati MS sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Reproduksi Molekuler.
Prof Setyawan merupakan Guru Besar ke-242 di UB, sedangkan Prof Sasmito merupakan Guru Besar UB ke-243.
Dalam kesempatan ini, Prof Setyawan menyampaikan pidato berjudul "Quartz Crystal Microbalance (QCM) dengan Sistem Instrumentasinya untuk Teknologi Sensor Kimia dan Biosensor".
Sedangkan, Prof Sasmito membawakan pidato berjudul "Reproductive Herbalisme, Metode Pendekatan Berdasarkan Mekanisme Sinergetik Komplek dalam Membangun Sistem Pertahanan Tubuh dan Kesehatan Reproduksi".
Prof Setyawan menjelaskan sensor QCM menarik untuk dikembangkan karena dapat dimodifikasi dengan bermacam-macam bahan untuk berbagai macam aplikasi seperti untuk kedokteran, industri, pertanian, pangan, maupun keamanan. Karakteristik seperti ini cocok untuk dikembangkan di Indonesia dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pengembangan teknologi.
"Pengembangan sistem instrumentasi berteknologi tinggi dapat dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Hal ini meyakinkan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu teknologi tinggi," katanya.
Sementara itu, Prof Sasmito menyampaikan, berdasarkan penelitiannya ditemukan bahwa setiap tanaman mempunyai kemungkinan adanya toxic, serta tidak bisa diterapkan di semua ras. Seperti daun katuk, yang ternyata berbahaya bagi paru-paru orang dengan ras Mongoloid, tetapi aman untuk ras Malayan Mongoloid. Dan banyak juga kasus gagal ginjal karena rutin terpapar toxic yang terdapat pada tanaman herbal.
"Untuk itu dalam mengkonsumsi herbal tidak dapat disamaratakan. Kasus tiap orang berbeda. Perlu adanya penelitian yang sistemik dengan memeriksa jantung, ginjal, serta memperhatikan dosis dalam mengkonsumsi herbal, agar fungsinya sebagai detox tidak berubah menjadi toxic," bebernya. (umr)