Dua Golongan Pencinta Dunia, Memahami Zuhud Menurut al-Ghazali
Bala tentara langit dan bumi semuanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala (SWT). Sebagaimana difirmankanNya dalam Al-Quran.
هُوَ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْۤا اِيْمَا نًا مَّعَ اِيْمَا نِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَرْضِ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا ۙ
"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
(QS. Al-Fath : Ayat 4 )
Zuhud dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali
Bila kalian bertanya: “Bagaimana mungkin seseorang memandang dunia yang mengundang selera, penuh dengan kelezatan yang menawan, dan selalu dicari oleh setiap manusia, dipandang laksana api atau bangkai yang menjijikkan? Bukankah secara naluri, tabiat kita memang menyukai kesenangan dan kenikmatan dunia?”
Ketahuilah! Hal itu tidaklah sulit bagi orang-orang yang dikaruniai petunjuk oleh Allah ﷻ secara khusus dan mengetahui bahwa sejatinya dunia ini penuh bahaya dan kotoran. Sementara bagi orang-orang yang mencintai dunia, yang dibutakan oleh kemewahan dan tertipu oleh keindahan parasnya. Mereka akan haren dan menganggap semua itu mustahil dilakukan.
Untuk lebih jelasnya, akan aku kemukakan contoh kepada pada kalian:
هذا يمثل بإنسان صنع خبيصا بشرائطه من سكر وغيره ثم طرح فيه قطعة سم قاتل، وأبصر رجل ذلك ولم يبصره الآخر ووضع الخبيص بين أيديهما مزينا ومزخرفا، فالرجل أبصر ما جعل فيه من السم يكون زاهدا في ذلك الخبيص، يخطر بباله أن يتناول منه بحال ألبتة، ويكون ذلك عنده بمنزل النار بل أصعب، لمكان ما يعلم من آفاته، فلايغتر بظاهره وزينته. وأما الرجل الآخر الذي لم يبصر ما جعل فيه، اغتر بظاهره المزخرف، وحرص عليه ولم يبصر عنه، وأخد يتعجب من صاحبه الزاهد فيه، وربما يسفهه في ذلك.
bahwa hal itu, ibarat seseorang yang membuat kue dengan segala resep dan bahan-bahannya seperti gula dan lain sebagainya. Kemudian, dia membubuhkan sedikit racun yang mematikan pada adonan itu. Di saat itu ada orang lain yang melihat perbuatannya, dan ada pula yang tidak melihatnya. Setelah selesai, kue itu dihidangkan kepada dua orang tersebut dengan ditaburi hiasan yang menarik selera.
Bagi orang yang mengetahui bahwa di dalam makan itu terdapat racun, pasti dia akan menjauh dan tak sedikit pun untuk meliriknya karena dia bak disuguhi hidangan berupa api yang mematikan bahkan lebih menakutkan. Sebab, dia mengetahui dengan yakin bahwa kue itu beracun dan tidak mau tertipu oleh hiasan luarnya.
Sedangkan bagi orang yang tidak mengetahui bahwa kue itu dibubuhi racun dan tertipu oleh hiasan luarnya. Dia pasti ingin akan segera menyantapnya sembari heran kepada orang yang menolak dan tidak mau menyantap kue itu, bahkan menurutnya betapa bodoh orang itu.
Demikianlah perumpamaan keharaman dunia dalam pandangan orang-orang yang mempunyai mata hati dan selalu berpegang teguh pada ajaran agamanya dengan orang-orang bodoh yang mencintai dunia.
Bahkan seandainya orang yang menghidangkan kue itu tidak membubuhkan racun, melainkan hanya meludah atau membuang ingus pada adonan kue itu, lalu diberi wewangian dan hiasan yang indah, maka orang yang melihat perbuatannya tentu merasa jijik terhadap kue itu dan enggan memakannya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan sangat butuhkan. Sedangkan orang yang tidak mengetahui hal itu akan tertipu oleh perhiasan luarnya dan tergiur untuk segara menyantapnya.
Dua Golongan Pencinta Dunia
Inilah perumpamaan dunia yang halal bagi dua golongan, yaitu golongan manusia yang punya mata hati dan benar-benar taat dengan golongan manusia yang cinta dunia serta lalai. Keadaan orang ini jauh berbeda, padahal fisik dan tabiatnya sama. Penyebabnya tiada lain karena tajam mata hati dan berilmu, sementara yang satunya bodoh dan sembrono.
Seandainya pecinta dunia itu mengetahui, seperti halnya orang yang zuhud, tentu dia pun akan bersikap zuhud seperti dia. Demikian pula orang yang zuhud, kalau saja ia bodoh seperti pecinta dunia, tentulah akan menjadi buta dan pecinta dunia pula.
Dengan demikian jelaslah, bahwa perbedaan antara kedua orang tersebut bukan karena tabiat, tetapi disebabkan oleh faktor tajamnya mata hati. Hal itu, merupakan pokok permasalahan penuh faidah dan kebenara yang diakui oleh orang yang berakal sehat nan sempurna. Allah ﷻ, Dialah Tuhan ﷻ yang memberikan kewaspadaan, taufiq dan hidayah berkat anugerah-Nya. Waallahu A’llamu.
Demikian pesan disampaikan Abdul Adzim. Referensi: Kitab Minhaju al-Abidin lla al-Jannah| Al-Ghazali| Daru al-Kutub al-Ilmiyah| Hal 32, dan Kitab Sira at-Thalibih ala Minhaju al-Abidin| Ihsan Jampes| Juz 1, Hal 181-182.
Semoga Allah SWT. menyelamatkan negara Palestina, mendatangkan tentara langit dan bumi untuk memenangkan negara Palestina. Aamiin....!!!
Semoga bermanfaat.
Advertisement