Dua Dosen FPIK UB Selamatkan Populasi Ikan di Sungai Kali Brantas
Dua dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB), yakni Sukandar dan Dewa Gede Raka Wiadnya, membentuk kelompok Pokmaswas yang memiliki tugas untuk mengawasi dan melarang penangkapan ikan menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan.
Salah satu inisiator Pokmaswas, Dewa Gede mengungkapkan banyak masyarakat di sekitar Kali Brantas menangkap ikan menggunakan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem laut seperti, potas, setrum listrik, tuba bahkan sampai bahan peledak.
"Oleh sebab itu alat tangkap tersebut dapat mengancam populasi dari ikan Badher Bang sebagai ikan endemik di Kali Brantas," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima ngopibareng.id pada Jumat 20 September 2019.
Keadaan inilah yang membuat ia bersama rekannya Sukandar membentuk Pokmaswas dengan nama Fajar Bengawan pada Maret 2016 lalu.
"Kelompok ini bertugas melarang penangkapan dengan alat yang tidak ramah lingkungan, bahkan melindungi badan sungai sepanjang 200 meter tidak ada penangkapan sama sekali," ucapnya.
Dari Pokmaswas Fajar Bengawan ini kemudian terbentuk Omah Iwak Badher Bang. Sebagai tempat budidaya spesies ikan tersebut.
"Melalui Omah Iwak Badher Bang kelompok ini melempar sisa-sisa nasi rumah tangga ke dalam badan sungai yang telah dilindungi. Upaya ini membuahkan hasil, ikan Badher Bang mulai tampak dan berebut makanan pada badan sungai Kali Brantas," tuturnya.
Selain itu menurutnya kegiatan ini ini mengundang minat wisatawan untuk berkunjung ke Omah Iwak Badher Bang.
"Tiap pengunjung akhirnya diminta untuk membli pellet seharga Rp. 5 ribu untuk memberi makan ikan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga bantuan memberikan bantuan berupa perahu pengawas untuk kelompok," katanya.
Pomaswas Fajar Bengawan juga memanfaatkan bantuan tersebut sebagai media untuk mempromosikan pariwisata telusur sungai.
Kelompok ini mendapat persetujuan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat untuk mendapatkan pendampingan.
Melalui program Doktor Mengabdi, kelompok ini mendapatkan perbaikan manajemen dan menambah daya tarik wisatawan dengan kegiatan memancing, penyediaan layanan outbond serta kuliner.
"Saat ini, kelompok Fajar Bengawan telah mengalami peningkatan pendapatan tahun ini tercatat telah menghasilkan Rp 10.500.000 dan menerima penghargaan sebagai Juara Pertama kelompok di Jawa Timur", jelas Gede.
Melalui usaha konservasi ini, imbuh Gede, kelompok Fajar Bengawan tengah bersiap untuk mengikuti kompetisi pada tingkat nasional.
"Konservasi ini memberikan bonus berupa jasa wisata, serta mengurangi tekanan pada Kali Brantas tanpa harus menghilangkan mata pencaharian masyarakat," tutupnya