Dua Corak Pandangn Islam Berkemajuan di Peta Pemikiran Islam
Nasyiatul Aisyiyah terus didorong untuk menggelorakan pandangan Islam Berkemajuan. Di usainya yang kini ke-94, dengan pandangan Islam Berkemajuan, Nasyiatul Aisyiyah akan menjadi gerakan yang luwes di berbagai kondisi dan fleksibel saat berhadap-hadapan dengan zaman.
“Bagaimana NA sebagai anak panah putri Aisyiah Muhammadiyah menjadi kekuatan yang terus menggelorakan Islam Berkemajuan sebagai (1) al-fikrah al-badilah pemikiran alternatif sekaligus (2) al-harakah al-badilah gerakan alternatif,” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam acara Milad Nasyiatul Aisyiyah di Universitas Ahmad Dahlan, belum lama ini.
Haedar kemudian menerangkan posisi pandangan Islam Berkemajuan dalam peta pemikiran Islam. Menurutnya, terdapat dua arus besar pemikiran Islam kontemporer, yaitu: pertama, neo fundamentalisme. Istilah lain dari genre ini adalah Islam revivalisme.
Ciri paling melekat dari kelompok ini adalah dominasi bayani sangat kuat, tekstualis hingga kadang melupakan konteks, dan keinginan kuatnya untuk kembali ke sumber utama yaitu Al-Quran dan Al Sunah.
Pemikiran Bayani
“Genre pemikiran ini sangat bayani, tekstual dan meneguhkan Islam yang kuat namun cenderung verbalisme. Semangatnya tinggi, namun sebagian ahli menyebut sebagai reproduksi revivalisme Islam, yaitu kembali ke Al Quran dan Al Sunah,” terang Haedar.
Kedua, neo modernisme. Berbeda dengan kelompok pertama, golongan ini melakukan kritik terhadap teks. Bagi mereka, cara tersebut dipandangan akan menghasilkan produk pemikiran yang lebih progresif. Namun genre pemikiran ini memancing lahirnya golongan post-modern, yaitu memanfaatkan metode dekonstruksi atau kritik ala Postmodernism dalam tradisi pemikiran Barat.
“Neo modernisme biasanya mengkritik modernisme Islam karena kembali ke Al-Quran dan Al Sunah mengalami kemandegan. Mereka selalu melakukan kritik terhadap teks,” terang Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Menurut Haedar, Muhammadiyah termasuk golongan revivalisme Islam namun dengan pendekatan yang moderat. Kendati Islam merupakan pandangan hidup yang total dengan kembali pada Al-Quran dan As-Sunnah, tetapi dalam pelaksanaannya dan menghadapi perkembangan zaman memerlukan reinterpretasi.
Pemikiran dari Barat dapat diterima tetapi diletakkan dalam kerangka Islam. Tetap menunjukkan sikap kritis dengan mengakomodasi dan melakukan integrasi sejalan dengan kerangka keislaman. Maka tidak heran bila beberapa pengamat menilai bahwa pewaris pertama reformisme Islam adalah Muhammadiyah.
“Islam Berkemajuan menjadi perspektif baru di tengah pemikiran-pemikiran yang selau terjadi pendulum dan kontradiksi. Maka posisi pandangan Islam Berkemajuan bukan dialektika, namun lebih kepada eklektif, keluar dari dikotomi kemudian bisa lebih dinamis,” ucap Haedar.