Dua Catatan Pendekar Dakwah, Pertemuan Buya Husein & Buya Arrazy
KH Husein Muhammad, dikenal sebagai ulama yang berkomitmen dengan persoalan keserasian jender. Kiai Pengasuh Pondok Pesantren Dar-el Fikr Arjawinangun Cirebon ini, aktif menulis sejumlah buku dan berdakwah dalam pelbagai forum ilmiah.
Kiai yang dikenal sebagai Sahabat Gus Dur ini, berkesempatan memberikan materi pada Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal, di Jakarta. Ada pertemuan menarik antara Buya Husein, panggilan akrabnya, bersama Ust Arrozy Hasyim akrab dipanggil Buya Arrazy.
"Pertemuan singkat dengan Buya Arrazy, yang mengesankan," tutur Kiai Husein Muhammad. Usai menyampaikan kuliah di Pasca PKUMI (Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal), 6 Desember 2023. Berikut di antara dua catatan KH Husein Muhammad yang mengesankan itu, dalam catatan ringan:
1. Pertemuan Mengesankan
Aku istirahat di sebuah ruang kantor, sambil minum dan menunggu waktu shalat Asar. Tiba-tiba masuk ke ruang yang sama, seorang ulama muda, ganteng dan amat populer, sekaligus memiliki pandangan keagamaan yang acap kontroversial. Dia menyalami aku seperti seorang santri kepada gurunya dan anak muda kepada yang lebih tua. Lalu dia menyebut namanya : Ar-Razy.
Kami berpelukan. Aku tahu dia santri Kiai Ali Musthafa Ya'qub, Allah Yarham, Imam Besar Masjid Istiqlal, teman akrab dan pernah "berdebat di sebuah majalah populer, tentang Imam Shalat Perempuan.
Saat itu aku sedang bicara dengan teman yang pernah ke rumah. Dr. Andy Hafiyanto. Dia bilang "Buku Hikam al Hukama wa al Falasifah, dari bapak sudah habis. Rencananya saya bawa ke pertemuan Internasional di Dubai. Tapi tidak jadi karena perang Israel vs Palestina".
Nah kepada Buya Arrozy, namanya yang populer disebut publik itu, aku bilang: "di buku itu aku menulis tentang Hermes, Socrates, Platon, Iskandar al Akbar dst, itu Nabi". Buya Arrozi kemudian menyebut Abdul Karim al Jily dan bukunya "Al Insan al Kamil". Wouw. Tak terduga. Mengagumkan, ulama muda ini. Keren bangets.
Mendendengar itu, spontan aku segera mengutip kalimat Syeikh Abdul Karim al Jily :
Abdul Karim al-Jili mengatakan:
قال الجيلى (لقد اجتمعت بأفلاطون الذي يعده اهل الظاهر كافرا، فرأيته قد ملأ العالم الغيبي نورا وبهجة، ورأيت له مكانة لم ارها الا لآحاد من الاولياء، فقلت له: من انت؟ قال: قطب الزمان وواحد الأوان). الانسان الكامل (2 / 53ـ52).
"Aku bertemu Plato yang dianggap kafir oleh kaum literalis. Aku melihat dia di alam metafisika yang penuh cahaya berpijar bening cemerlang. Aku melihat dia di suatu tempat yang tidak pernah aku lihat diduduki siapapun selain waliyullah. Aku katakan : siapakah anda?. Dia menjawab : “aku kutub zaman”.(Al Insan al Kamil, 2/52-53).
Nah. Teman-teman yang di ruang itu yang ikut mendengarkan perbincangan kami antara lain Dr. Andy Hadiyanto dan Ustaz Ribath Musa Dzauqi dan lain-lain, seperti menikmatinya.
Sayang sekali aku harus segera ke stasiun Gambir lalu pulang. Aku berharap akan bertemu lagi. Lalu aku shalat Asar di madjid megah dan indah itu.
Terima kasih sahabat Abdul Karim Bakri, yang sudah menjemput, mengantar dan menghidangkan makan dan minum.
2. Perbincang dengan Buya Arrazi
Tulisanku tentang "pertemuan singkat dengan Buya Arrazy yang mengesankan", direspon banyak teman FB. Ada teman yang berharap ada kelanjutannya.
Nah, aku lalu mengingat-ingat. Ohoy. Aku ingat lagi.
Di depan dua orang doktor itu yang keren-keren itu aku bercerita tentang kunjunganku ke Konya, Turki, 2014. Aku bilang : di atas bukit Aladin, Konya, aku dan dua orang mahasiswa Indonesia yang tengah kuliah di pasca sarjana, di negeri itu, duduk sambil minum cay (teh).Di sana aku baca buku "Qawa'id al 'Isyq al Arba'un", 40 Kaidah Cinta", karya Elif Syafaq
Temanku memberi aku buku 6 jilid "Matsnawi". Karya masterpiece, Maulana Rumi.
Lalu aku ingat buku karya Elif Syafaq. Buku ini menceritakan 40 hari perbincangan berdua, antara Maulana Rumi dan gurunya Syeikh Syams Tabrizi . Lalu aku membacakan satu kalimat indah dan menggugah kesadaranku :
لم يكن الموت هو الذى يقلقنى. لاننى لم اكن اعتبره نهاية. بل ما كان يقلقنى هو ان أموت من دون ان أخلّف تراثا. أريد ان انقل المعارف التى توصلت اليها الى شخص آخر. سوآء كان أستاذا ام تلميذا.
“Kematian bukanlah sesuatu yang menggelisahkan jiwaku. Bagiku, kematian bukanlah akhir dari segalanya. Aku gelisah manakala aku mati tanpa meninggalkan warisan pengetahuan (yang membuat aku hidup selamanya). Aku ingin mengalihkan pengetahuan itu kepada orang lain; guru maupun muridku.” (Syams al-Tabrizi).
Aku melihat, Buya Arrozy dan Dr. Andy, mendengarkannya dengan serius. Dan meminta aku mengulang.
Alhamdulillah. (08.12 23/HM)
Advertisement