Dua Bulan Terakhir Kota Malang Alami Deflasi karena Pandemi
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat dalam dua bulan terakhir Kota Malang mengalami deflasi selama pandemi Covid-19. Di bulan April Kota Malang mengalami deflasi sebesar 0,12 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 102,74 persen.
"Dari 3 tahun terakhir, baru kali ini Bulan Maret sampai April 2020 mengalami deflasi. Seperti yang diketahui ini karena situasi pandemi," terang Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo pada Senin 4 Mei 2020.
Deflasi di Kota Malang dipicu adanya penurunan harga dari beberapa kelompok pengeluaran, seperti kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar menyumbang 0,58 persen dan kelompok transportasi sebesar 1,11 persen.
"Untuk kelompok makanan yang menyumbang deflasi terbesar adalah harga daging ayam dengan penurunan harga 11,90 persen dengan andil -0,14 persen," tutur Sunaryo.
Selain dari kelompok makanan Sunaryo menerangkan bahwa kelompok transportasi juga memicu deflasi di Kota Malang yang mengalami penurunan harga.
"Selain bahan makanan penurunan tarif angkutan udara sebesar 10,44 persen dan tarif kendaraan online sebesar 5,76 persen juga turut menjadi penyumbang deflasi,” ujarnya.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi diantaranya yaitu, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,30 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,19 persen.
“Kenaikan harga tahu mentah, tissu, jagung manis, upah asisten rumah tangga, pizza, dan mesin cuci juga menjad komoditi penghambat deflasi,” ungkap Sunaryo.
Selain Kota Malang, ada tiga daerah lain di Jatim yang juga mengalami deflasi, yakni Kota Surabaya, Kota Madiun, dan Jember.
Deflasi tertinggi terjadi di Kota Madiun dan terendah di Kota Malang. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 0,24 persen dan terendah di Kota Probolinggo sebesar 0,05 persen.