Dua Bentuk Laku Ihsan di Dunia Offline dan Online bagi Muslim
Menurut Prof. Muhammad Ali, Direktur Program Studi Timur Tengah dan Islam, University of California, Riverside AS, menegaskan, memasuki era 5.0 di mana pusatnya bukan lagi pada teknologi, tetapi pada manusia. Era ini ditandai dengan keterbukaan, sustainable, dan inklusif jangan sampai agama menjadi kekuatan yang disruptif.
"Oleh karena itu, berlaku ihsan di era kekinian tidak cukup di dunia offline, tapi juga online," tuturnya.
Menurut Muhammad Ali, di era 5.0 jangan sampai agama mewujud dalam bentuk yang ekstrim – keras, penuh hoax, konspirasi, dan anti ilmu pengetahuan.
Berkaca dari catatan dari Kiai Ahmad Dahlan tahun 1920-an, Prof. Ali menyebut bahwa agama sifatnya itu tetap ‘berkilauan’, tetapi yang meredup adalah pemeluknya.
Dalam Pengajian Ramadan 1443 H PP Muhammadiyah, Prof Ali menjelaskan, bahwa disrupsi harus diolah. Umat Islam jangan menghindarinya, berlaku pasif dan tidak berbuat apa-apa.
Menjelaskan tentang ihsan, dia menyebut bahwa kata ini lebih dalam dari hasan maupun khazanah atau baik. Menurutnya, ihsan maknanya khusus dan lebih dalam, lebih aktif dan proaktif. Bahkan konsep ihsan merupakan konsep etik pokok yang ada dalam Al-Qur’an. Mengutip Toshihiko Izutsu, ihsan dijelaskan memiliki dua bentuk kebaikan yaitu:
Pertama, ketundukan yang mendalam kepada Allah dan segala kebaikan kepada orang sebagai bentuk ketundukan kepada Allah.
“Kedua, perbuatan yang dimotivasi semangat help, kasih sayang dan lemah lembut,” sambung Prof. Ali sebagai penjelasan kedua dari kata ihsan.
Secara lebih luas, ihsan juga dimaknai sebagai kebiasaan atau senantiasa mengingat Allah, merasakan kehadiran-Nya di segala tempat dan setiap saat. Hal ini merujuk perkataan Nabi Muhammad, “bahwa kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihatnya dan jika kamu tidak melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihatmu”. Makna ihsan yang lain adalah hubungan sosial sesama manusia, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat An-Nisa’ ayat 36. Pada konteks kekinian, berlaku ihsan bukan hanya berlaku pada teman atau lingkungan offline tapi juga teman atau lingkaran online.
“Kalau kita membuat status atau posting komentar, atau menulis tweet, berkomentar di WhatsApp, kita harus tetap dalam konteks berihsan kepada siapa saja,” ucapnya.
“Kalau kita mengatakan sesuatu maka katakanlah sesuatu yang baik, mengucapkan perkataan yang baik bukan hanya lewat mulut, tetapi juga lewat jari jemari kita ketika bermedia sosial”. Imbuhnya.
Prof. Ali melanjutkan, makna ihsan yang lain adalah optimalisasi potensi dan kemampuan diri. Hal ini merujuk pada QS Al Mulk ayat 2, di mana di dalamnya menyebut manusia yang terbaik. Apabila diletakkan dalam konteks pekerjaan, maka ihsan dimanifestasikan dengan bekerja dengan profesional karena ada Allah yang senantiasa mengawasinya.
Advertisement