Genjot Daya Saing, DPRD Surabaya Usul Pendidikan Non Formal
Dalam membangun Kota Surabaya, DPRD Kota Surabaya menilai pendidikan formal dan non-formal adalah salah satu pondasi untuk membentuk karakter manusia. Tujuannya agar sumber daya manusia (SDM) Surabaya bisa bersaing secara global di masa mendatang.
"Tidak hanya cukup di sekolah formal saja, tapi harus ada wadah pendidikan yang meningkatkan pengetahuan agama di luar sekolah formal seperti saat ini. Kalau yang agama Islam bisa dengan Diniyah, di agama lain juga bisa dilakukan,” kata Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Badrut Tamam.
Harapannya, pola ini bisa meningkatkan perilaku positif pada anak mudanya, terutama pada jam kosong seusai sekolah formal. Sehingga mereka tak terpapar paham-paham negatif yang bisa merusak moral.
Menurutnya, ide ini terinspirasi dari format pendidikan di Malaysia. Ketika ia tinggal di Malaysia selama 15 tahun, pemerintah daerah memfasilitasi pelajar beragama Islam untuk berkegiatan secara positif dengan keberadaan Diniyah itu.
Kini, di Surabaya belum ada ide seperti itu. Pemkot Surabaya disebutnya seolah lepas tangan dalam mengisi kegiatan remaja di luar jam sekolah. Jika ini diteruskan, ia khawatir, bibit-bibit SDM di Surabaya akan susah untuk bersaing dengan yang lain.
"Adanya kegiatan yang pasti dan wajib itu kan membiasakan anak-anak untuk hidup tertata dan terjadwal. Kalau itu diterapkan ketika kecil, saat mereka sudah dewasa maka pasti otomatis lah hidupnya itu terjadwal. Dan tidak akan takut bersaing dengan SDM dari luar negeri," katanya.
Ia mengaku sudah mengajukan format dan program ini kepada Pemkot Surabaya, tak lama setelah ia dilantik sebagai Anggota DPRD Surabaya. Namun ternyata, ibarat kata 'cinta bertepuk sebelah tangan', pemkot tak menggubris keinginannya.
Padahal menurutnya, program usulannya, sangat sesuai dengan visi besar Kementerian Pendidikan dan Menteri Nadiem Makarim, terkait konsep 'Merdeka Belajar'.
"Saya kan khawatir dengan mental dan dasar hidup anak-anak ini. Kasian kalau mereka sampai terpengaruh hal negatif. Untuk meminimalisir, ya dengan memberi kegiatan seusai sekolah formal. Tapi apa daya, Pemkot Surabaya tak menjawab dan tak melaksanakan ide saya," imbuhnya.
Advertisement