DPRD Surabaya Usul Eks Hi-Tech Mal Jadi Gedung Dagang Antarnegara
Selama lima tahun lamanya, bekas gedung Hi-Tech Mall diurus sendiri oleh Pemerintah Kota Surabaya. DPRD Kota Surabaya menganggap keberadaannya menjadi beban operasional karena gedung enam lantai tersebut tidak dapat mendatangkan PAD secara maksimal.
Wakil Ketua DPRD Surabaya, A. Hermas Thony mengatakan, sejak April 2019 Pemkot Surabaya harus menanggung kerugian besar karena bangunan yang telah beroperasi sejak tahun 1989 tersebut terbengkalai.
"Kalau dilihat dari appraisal yang pernah terbit, bangunan mall apabila disewakan senilai hampir Rp 20 miliar per tahun. Pemerintah sudah berjalan lima tahun dari 2019 sampai sekarang (2024), berarti kalau sampai sekarang belum ada yg melewati, berarti kita lost sampai Rp100 miliar," jelasnya, Kamis, 18 April 2024.
Selama gedung tersebut dipegang pengelolaannya sejak 2019 lalu, Pemkot Surabaya masih menanggung biaya operasionalnya, seperti biaya perawatan, kebersihan, dan keamanan gedung. Gedung itu tidak dapat dibiarkan mangkrak begitu saja oleh Pemkot Surabaya.
Politikus Gerindra ini juga mengatakan, DPRD Surabaya memiliki fungsi legislasi dengan mengupayakan komunikasi dengan pihak ketiga. Thony menyebut pihaknya sudah dan akan menemui beberapa investor dari luar negeri, termasuk salah satu investor asal Tiongkok.
"Tanggal 25 April mendatang, kita berencana akan bertemu dengan investor dari Cina. Kita tindak lanjuti dan obrol tentang hal itu maunya mereka apa dan programnya seperti apa," ungkapnya.
Selain itu, kawasan bekas Hi-Tech Mall juga diproyeksikan untuk dikembangkan sebagai gedung perdagangan internasional. Gagasan itu sudah pernah dihembuskan, namun hilang begitu saja.
Skema pengembangan ekonomi di kawasan tersebut menurutnya dapat melalui program kemitraan ekonomi komprehensif regional. Juga skema kerjasama maupun perdagangan berskala Internasional.
"THR gagasan mall jadi bayangan saya WTC (World Trade Center), pusat perdagangan dunia. Surabaya jadi kota dunia itu nampak dan karena menyangkut mendatangkan barang, lokasinya dekat pelabuhan yang jadi pertimbangan agar arus barang masuk lancar. Mudah-mudahan nanti ada tindaklanjutnya," paparnya.
Thony menyebutkan, untuk sekelas kota metropolitan seperti Surabaya yang memiliki infrastruktur dan logistik yang bertaraf internasional, hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan.
’’Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam RCEP (regional comprehensive economic partnership). Surabaya harus menjadi bagian dari salah satu kota dagang dan jasa terbesar di wilayah Indonesia Timur,’’ paparnya.
Sekelas Surabaya, pemerintahnya harusnya bisa ikut aktif menangkap momen tersebut. Tentu muaranya adalah meningkatkan kesejahteraan warga Surabaya.
"Daripada gedung sebesar itu hanya menjadi bangunan mangkrak. Kami pun berusaha menjembatani agar eks Hi-Tech Mall bisa dilirik pelaku usaha,’’ pungkas Thony.