DPRD Surabaya Minta TMP Jadi Lokasi Wisata Sejarah
Untuk mendukung Kota Surabaya sebagai kota wisata sejarah, DPRD Surabaya meminta Taman Makam Pahlawan (TMP) di Kota Surabaya bisa direnovasi dan diberdayakan.
Selanjutnya , TMP bisa dijadikan destinasi wisata di Kota Surabaya. Apalagi di Kota Surabaya, ada beberapa TMP yang di dalamnya ada makam pahlawan nasional yang dikenal banyak orang.
Revitalisasi TMP sebagai destinasi wisata kota harus bisa dilakukan, agar TMP tak hanya ramai ketika upacara HUT RI atau Hari Pahlawan. Jika merujuk wisata Sejarah di kota-kota besar dunia, TMP menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik.
Sebenarnya di Surabaya sudah ada TMP yang cocok untuk dijadikan destinasi wisata kota. Namun sayangnya, TMP itu berada di bawah naungan Kerajaan Belanda, yakni Makam Ereveld Kembang Kuning.
“Pemkot bisa menggandeng pegiat sejarah untuk memberdayakan TMP jadi lebih diminati sebagai destinasi wisata. Jadi nanti revitalisasi makam tidak sekadar menjadi tempat pemakaman dan kegiatan-kegiatan seremonial saja, melainkan juga ada wisata sejarahnya,” ujar Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony, Senin 13 November 2023.
Untuk TMP di Surabaya sendiri, menurut AH Thony, ada beberapa lokasi yang cocok untuk direvitalisasi dan dijadikan destinasi. Misalnya TMP Ngagel, TMP Kusuma Bangsa, dan TMP Mayjen Sungkono.
Bagi Thony, revitalisasi TMP sebagai destinasi wisata kota yang baru bisa menjadi pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Misalnya untuk memantik ketertarikan wisatawan berkunjung ke TMP, perlu acara rutin dan program yang bisa dibuat untuk mendatangkan masyarakat, terutama dari kalangan siswa maupun mahasiswa.
Program itu bukan hanya sekadar acara seremonial ziarah, tapi mengulas pahlawan-pahlawan yang dimakamkan di sana sekaligus perjuangannya semasa hidup untuk kemerdekaan Republik Indonesia.
Edukasi tentang sejarah perjuangan para pahlawan tersebut penting diketahui wisatawan maupun pelajar yang berkunjung. Tentunya hal itu menjadi daya tarik tersendiri baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Program itu, tidak melulu harus dilakukan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, melainkan bisa dilakukan elemen masyarakat lainnya, termasuk pegiat sejarah.
“Para pegiat sejarah bisa kerja sama dengan dinas untuk membuka kegiatan itu,” ujarnya.
Advertisement