Surabaya Tak Butuh MRT atau LRT
Anggota DPRD Kota Surabaya Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Reni Astuti, mengatakan Surabaya butuh transportasi massal untuk memudahkan distribusi warga. Hal itu ia sampaikan selepas Rapat Paripurna DPRD Surabaya dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Selasa 7 Mei 2019.
"Saya kemarin ke Jakarta mencoba MRT dan Transjakarta. Bagus sekali ya. Surabaya butuh seperti itu untuk memudahkan mobilitas warga," ujarnya.
Menurutnya, Surabaya dalam janga waktu 10-15 tahun mendatang akan menjadi kota megapolitan dan tak bisa lagi mengandalkan transportasi pribadi.
"Di Ahmad Yani itu kalau tak ada transportasi massal yang baik dan terkoneksi, bakal macet terus kayak sekarang," lanjutnya.
Ia juga mengkritik bus Surabaya yang digagas oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Reni menganggap bus Surabaya tak lebih dari sekedar bus wisata.
"Coba sekarang berapa banyak bus yang keluar di hari biasa? Lalu bandingkan kalau warga naik mobil pribadi ya dari daerah A. Yani menuju Tunjungan lewat jalan protokol? Siapa yang lebih cepat datang? Lalu antar halte belum terkoneksi kan, orang jadi bingung," ujarnya.
Karena alasan itu menurutnya, Surabaya butuh transportasi massal yang murah, cepat, dan bisa digunakan masyarakat demi memudahkan mobilitas.
"Ada KRL atau buswaylah itu sudah bisa diandalkan untuk Surabaya, namun kalau melihat komentar Presiden Joko Widodo kemarin bahwa Surabaya mau dibangun MRT atau LRT, kami setuju dan akan kami sampaikan kepada Pemkot agar direalisasikan," Reni.
Ide Reni tak sepenuhnya diterima oleh Pemkot. Pemkot Surabaya, berpendapat jika ide Wali Kota Surabaya untuk membuat tram itu sudah bagus dan sesuai.
"Tram itu murah dan cepat, kan sudah pernah lihat ya animasi tram di Youtube yang ada stasiun di Bungkul dan Darmo. Namun ya bagaimana ternyata pemerintah pusat tak menyetujui pembangunan tram. Padahal kajian Pemkot sudah ada dan siap jalan," ujar Irvan Wahyu Kepala Dinas Perhubungan Pemkot Surabaya.
Namun ia menyatakan Pemkot tak menutup peluang ide dari pemerintah pusat dan Reni. Ide ini akan dikaji lebih lanjut oleh Pemkot dari segala sisi. Terutama jalur dan konektivitas.
"Kan belum tau itu MRT atau LRT untuk regional dari kota-kota sekitar Surabaya menuju Surabaya atau secara lokal di Surabaya saja. Jadi nanti kita kaji dulu bagaimana skenario pembangunan dan pembiayaan, karena tak murah," lanjutnya.
Irvan berani mengatakan seperti itu karena ia bercermin dengan dibangunnya LRT di Palembang yang secara ekonomi kurang menguntungkan.
"Itu di Palembang, LRT disubsidi 300 miliar pertahun, kan eman ya," pungkasnya.