DPRD Jatim Siapkan Skema Penyelamatan SMA SPI Kota Batu
Dinas Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur tengah menyiapkan skema penyelamatan kepada Sekolah Menengah Atas (SMA) Selamat Pagi Indonesia (SPI), Kota Batu. Hal ini dilakukan setelah pemilik SMA SPI, berinisial JEP diduga melakukan pelecehan seksual kepada sejumlah siswi di institusi pendidikan tersebut.
"Perlu ada skema penyelamatan agar sekolahnya terselamatkan, agar anak-anak bisa belajar dengan tenang," ujar Wakil Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jatim, Hikmah Bafagih pada Rabu 2 Juni 2021, di Kota Batu.
Jangan Hentikan Proses Belajar-Mengajar
Hikmah mengingatkan, jangan sampai karena pemilik sekolah itu terjerat kasus dugaan pelecehan seksual kegiatan belajar-mengajar di SMA SPI juga ikut terdampak.
"Kami sudah meminta Walikota Batu untuk berkomunikasi dengan para pengelola lain selain tersangka (JEP) untuk memikirkam masa depan dari sekolah ini. Karena sekolah ini dikelola dengan biaya tidak murah," katanya.
Pengelolaan SMA SPI sendiri, ujar Hikmah, yaitu berawal dari founder dalam hal ini JEP yang mengumpulkan dana dari donatur-donatur untuk membiayai kegiatan operasional belajar-mengajar di institusi tersebut.
"Di bawah sang founder ada berbagai pihak yang juga mengumpulkan dana melalui fund raising. Ini seperti yayasan filantropi, yang mengakumulasi banyak CSR dari perusahaan-perusahaan," ujarnya.
Apresiasi Ada Keberanian Melaporkan ke Aparat
Selain itu, ujar Hikmah, ia meminta kepada para alumni SMA SPI yang pernah mengalami kejadian serupa untuk memberanikan diri melapor ke Polda Jatim.
"Total yang melapor awal itu ada 12 orang, ditambah yang muncul hari ini ada sembilan orang. Semua adalah alumni di sini. Jadi mereka mengalami (pelecehan seksual) saat menjadi murid di sini," katanya.
Berdasarkan koordinasi dengan Komnas PA kata Hikmah, kasus pelecehan seksual tersebut terjadi dalam rentang waktu pada 2008 hingga 2020 dan hingga saat ini kasus tersebut masih dalam pengusutan Polda Jatim.
"Kasus seperti kan bentuk dari (silent action) jadi memang tidak ada yang tahu sebelumnya. Sekarang di sini belajar-mengajar tetap berjalan tapi secara daring karena pandemi," ujarnya.
Advertisement