DPR RI: Bencana Alam Jangan Dijadikan Proyek dan Ladang Korupsi
Anggota DPR RI Maman Imanulhaq menegaskan, bencana alam besar yang saat ini terjadi di Indonesia, akan menjadi bencana lebih besar kalau penanganannya salah.
Tidak ada koordinasi antara pusat dan daerah serta ada pihak yang menjadikan bencana tersebut sebagai proyek dan ladang korupsi memperkaya diri sendiri.
Anggota Komisi VIII DPR RI itu melihat penanganan bencana selama ini sering "kedandapan", bingung apa yang harus dilakukan saat terjadi tanggap darurat.
"Personelnya banyak, karena tidak ada pembagian kerja, akibatnya mereka saling menunggu. Sedang, korban sudah berteriak-teriak minta tolong," kata Kang Maman saat dihubungi Ngopibareng.id, Rabu, 20 Januari 2021.
Politisi PKB ini kemudian mengungkapkan pengalamannya ketika melihat bencana alam di beberapa daerah, petugas Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) dinilai kurang cekatan dalam menghadapi tanggap darurat, tidak tahu apa yang harus segera dilakukan.
Ia mengambil bantuan dari masyarakat maupun dari pemerintah sering menumpuk di posko-posko karena tidak segera didistribusikan.
Seharusnya, bantuan berupa pakaian maupun bahan makanan untuk korban bencana seharus dipilah-pilah dulu tidak asal dibagi. Sehingga, bantuan mencapai sasaran dan bermanfaat bagi penerima.
"Saya pernah kunjungan kerja di daerah bencana, mendapat keluhan buruknya distribusi bantuan. Masak ada orang laki laki memperoleh daster," kata Kang Maman.
Melihat rebutan bantuan (ada yang nyebut penjarahan), Kang Maman mengatakan, itu merupakan salah satu cermin buruknya penanganan bencana di daerah, dari segi distribusi bantuan.
"Di satu tempat bantuan menumpuk ditempat lain kekurangan, sehingga timbul kecemburuan, ini memicu terjadinya rebutan tersebut, disamping ada yang memang rakus," kata Kang Maman.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengawali tahun 2021 mencatat pada rentang 1 - 18 Januari total ada 154 bencana alam. Bencana alam tersebut berupa banjir, angin ribut dan longsor.
Dengan korban jiwa sebanyak 140 orang dan 776 orang korban luka-luka dan ribuan tinggal di pengungsian.