DPR Desak Pemerintah Segera Turunkan Harga Kebutuhan Pokok
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti tinggi harga kebutuhan dapur yang masih dikeluhkan emak-emak. Putri Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri itu pun mendesak pemerintah lebih serius mengendalikan harga kebutuhan pokok sehari-hari.
Puan Maharani mengaku mendengar sendiri jeritan emak-emak. "Cabe naik, sayur-mayur naik, minyak goreng naik, telur naik, daging naik," tirunya.
Menurut Puan Maharani harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng, beras, telur, dan daging ayam yang mengalami kenaikan lebih dari 2,0 persen dapat menyebabkan inflasi. Inflasi memengaruhi kestabilan ekonomi dan menurunkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah didorong untuk menjaga daya beli masyarakat sehingga kondisi perekonomian tetap kondusif.
"Saya mendengar pemerintah hendak menggelontorkan anggaran cukup besar untuk menstabilkan harga minyak goreng. Saya harap jangan hanya minyak goreng, akan tetapi seluruh bahan pangan utama mesti juga stabil seperti beras, gula pasir, daging sapi atau daging ayam, telur ayam, garam, susu, bawang merah dan bawang putih. Memang yang sangat drastis kenaikannya adalah minyak goreng akibat situasi global dan ditambah dengan momen Nataru. Untuk itu, operasi pasar ini mesti tepat sasaran dan zero mistake," tutur Puan Maharani.
Operasi Pasar harus Tepat Sasaran
Anggota Komisi VI DPR RI, Nevi Zuairina juga menyoroti kenaikan harga kebutuhan pokok yang hingga saat ini belum juga terkendali meski tahun baru 2022 telah lebih dari satu pekan berlalu. Untuk itu ia mengingatkan agar operasi pasar yang akan dilakukan harus tepat sasaran dan tidak ada penyimpangan sama sekali.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengkritisi, kenaikan harga kebutuhan pokok telah menambah beban masyarakat di saat pandemi Covid-19 belum berakhir. Terlebih lagi banyak masyarakat yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selama pandemi sehingga penurunan daya beli masyarakat semakin lebar.
Di sisi lain, Nevi Zuairina juga merasa sangat prihatin terhadap situasi PHK di masyarakat yang semakin besar. Mengutip dari Kementerian Ketenagakerjaan, tren klaim JHT (Jaminan Hari Tua) ke BPJS Ketenagakerjaan sampai dengan 7 Agustus 2021, ada 538.305 orang pekerja sudah mengklaim JHT yang artinya sudah ter-PHK. Prediksi akhir tahun 2021 ada sekitar 894.579 orang, atau hampir sebanyak 895 ribu orang kehilangan pekerjaan.
“Dengan semakin besarnya orang-orang yang kehilangan pekerjaan, stabilisasi komoditas pangan ini sangat berarti untuk bertahan hidup. Pangan yang dikonsumsi setiap hari yang berarti pengeluaran tiap hari. Jika terlalu besar, akan sangat mengganggu keuangan keluarga. Bila tidak terpenuhi, akan berpengaruh terhadap ketercukupan gizi," ucap Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI tersebut.
Nevi Zuairina mengusulkan kepada pemerintah agar memperhatikan upaya menjamin tersedianya pasokan stok komoditas agar terjadi stabilitas harga kebutuhan pokok. Kementerian Perdagangan mesti melakukan pemeriksaan gudang-gudang yang menyimpan komoditas kebutuhan pokok untuk memastikan tidak terjadi penimbunan. Selain itu, pemerintah harus memberikan sanksi jika ada yang terbukti melakukan penimbunan.
Pemerintah juga harus memastikan distribusi komoditas kebutuhan pokok berjalan lancar, jangan sampai ada penimbunan, dan lakukan koordinasi yang baik antar kementerian dan lembaga terkait. Data yang berbeda antar kementerian dan lembaga harus tepat karena menjadi penyebab munculnya kebijakan yang merugikan rakyat.
“Saya berharap, pemerintah dapat mengambil langkah yang tepat untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok agar tidak merugikan pihak-pihak terkait seperti petani, nelayan, pedagang, dan juga rakyat selaku konsumen. Memastikan operasi pasar pada sasaran yang tepat dan tidak ada penyimpangan sedikit pun menjadi kunci suksesnya tindakan pemerintah dalam langkah stabilisasi komoditas pangan di masyarakat," ujar Nevi Zuairina.
Sejumlah pedagang sayur Keliling di Jakarta mengaku sering jadi sasaran ibu ibu akan naiknya harga kebutuhan. "Dikiranya saya yang menaikkan harga. Saya beli dari sononya sudah mahal," ujar seorang pedagang sayur bersepeda yang keliling kompleks.
Ia mengambil contoh di Jakarta cabai rawit masih pada kisaran Rp 60.000, telur ayam Rp 30.000/kg, minyak goreng Rp 30.000/liter.
Advertisement