DPD RI Minta Polemik Vaksin Nusantara Selesaikan Secara Keilmuan
Sebanyak 46 tokoh dari berbagai latar belakang menyampaikan dukungan terhadap Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait kontroversi vaksin Nusantara.
BPOM tidak memberikan izin atau Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) fase kedua kepada vaksin Nusantara tetapi uji klinik itu tetap dilanjutkan pihak tim peneliti vaksin tersebut.
Wakil Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin berpandangan vpermasalahan utama atas polemik antara vaksin Nusantara dan BPOM adalah perbedaan sudut pandang secara ilmiah.
"Jadi, dukungan dari pihak luar kepada BPOM juga tidak ada urgensinya. Bahkan, seolah lebih kepada nuansa politis dalam membangun opini di ruang publik. Justru saat ini seharusnya yang dibutuhkan adalah dukungan para scientist. Agar kemudian ada diskusi argumentatif yang bisa dipertanggung jawabkan secara keilmuan," ujar Sultan.
Senator muda tersebut beberapa kali menyatakan dukungan secara resmi terhadap vaksin Nusantara. Bahkan, ia meminta pemerintah memberikan fasilitas riset secara maksimal untuk mengkaji lebih jauh dan secara presisi dalam pengembangannya.
Polemik ini menunjukkan tentang lemahnya bangsa Indonesia terhadap pemahaman dan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, pengembangan, serta metode ilmiah yang dipelopori oleh anak bangsa.
"Kita bisa membandingkan pengeluaran R&D Indonesia sebagai persentase dari GDP dilaporkan sebesar 0,226% pada tahun 2018. Sedangkan pengeluaran R&D dari salah satu negara tetangga kita Malaysia mencapai 1,44% dari GDP mereka. Tentu data ini menunjukkan kita masih sangat lemah dalam hal meningkatkan kemampuan ilmiah kita," kata Sultan.
Walaupun sebuah kebjikan adalah produk politik, namun pandemi Covid-19 harus tetap dilawan dengan kekuatan ilmu pengetahuan. Karena itu, menurut dia, mengenai Vaksin Nusantara adalah tentang bagaimana sikap dukungan semua terhadap bentuk sebuah penelitian yang diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kehidupan manusia.
"Ketika virus Corona merebak, setiap orang sudah berpikir bagaimana dapat menghadirkan vaksin dalam membangkitkan kekebalan kawanan (herd immunity). Negara-negara dunia sedang berlomba-lomba dalam menemukan jenis varian yang dapat digunakan dengan mengkampanyekan keunggulannya masing-masing," katanya.
Sedangkan, vaksin Nusantara adalah milik dalam negeri, dimana vaksin yang sedang dikembangkan oleh Dokter Terawan diklaim sebagai satu-satunya vaksin yang dapat memberikan kekebalan permanen (seumur hidup) dari penerimanya. Harusnya bangsa ini bangga dan mendukungnya. Mantan wakil Gubernur Bengkulu ini juga memuji cara berpikir Dokter Terawan yang "out the box".
Terawan memang dikenal dokter yang selalu kontroversi. Namun kontroversinya itu menjadi sebuah tanda tanya besar. "Pasti kita ingat dengan cuci otak untuk menyembuhkan pasien stroke dan bagaimana banyak pihak juga mempertanyakan metodenya yang dianggap belum memenuhi metode ilmiah," katanya.
Lanjut Sultan, tapi justru metode yang ditolak beberapa pihak di Indonesia tersebut telah menyembuhkan puluhan ribu orang dan bahkan metode pengobatannya telah diterapkan di negara Jerman. "Jadi, kenapa tidak BPOM memberikan ruang kesempatan sebesarnya kepada penelitian tersebut?" kata Sultan.
Sultan berharap kedaulatan dan kemandirian Indonesia dapat terjamin dalam bidang kesehatan dan pengobatan sehingga ada kesiapan dalam negeri jika ada embargo atau situasi lainnya yang memotong rantai pasok vaksin ke dalam negeri.
"Kita tidak boleh sangat tergantung kepada negara lain terhadap vaksin Corona. Negara kita mesti mandiri dan berdaulat dalam bidang kesehatan khususunya. Dan, jika vaksin Nusantara ini telah berhasil, justru kelak akan membawa nama baik Indonesia di hadapan bangsa-bangsa lain, maka setiap pihak wajib mendukung pengembangan vaksin didalam negeri tanpa berhitung untung rugi secara bisnis," ujarnya.
Vaksin Nusantara, diklaim eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sebagai gagasan anak bangsa dengan metode sel dendritik autolog yang dipaparkan dengan antigen protein S dari Covid-19.
Sel dendritik yang telah dikenali antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik itu akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus corona. Sel dendritik adalah sel imun yang akan mengajarkan sel-sel lain untuk memproduksi antibodi.