Aplikasi Metode Pembelajaran HOTS Buatan Dosen Undika
Dosen S1 Sistem Informasi Universitas Dinamika Julianto Lemantara, S.Kom., M.Eng berhasil membuat inovasi Aplikasi MoLearn untuk mendukung pembelajaran daring.
"Aplikasi ini dibuat dari hasil penelitian dari beberapa Dosen Undika dengan melakukan observasi dan diskusi ke sejumlah guru. Dalam kesimpulannya, para guru membutuhkan fitur pembelajaran yang ada di MoLearn saat ini,” kata Julianto.
Beberapa fitur pengembangan dari MoLearn versi 2 yang bisa digunakan yakni pengajar bisa melakukan pengecekan kesamaan jawaban siswa dengan kunci jawaban. Selain itu bisa juga melakukan pengecekan kesamaan jawaban antar siswa baik jawaban singkat atau jawaban panjang.
"Kami sudah mengembangkan aplikasi ini sesuai dengan kebutuhan murid dan guru di era pandemi Covid-19 ini," imbuh Julianto.
Selain itu, Juliantoro juga menerangkan aplikasi ini dapat menerapkan metode pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS).
HOTS merupakan metode pembelajaran yang intinya bertujuan memperkenalkan manusia untuk survive terhadap tantangan-tantangan baru,
Disisi lain, Ketua PGRI Prof. Dr.Ir Richardus Eko Indrajit, M.Sc. MBA menjelaskan HOTS sangat mungkin diterapkan dalam pembelajaran daring, asalkan pengajar menyusun metode dengan mengetahui esensinya.
Adapun hal yang perlu diperhatikan para pengajar saat ini adalah perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Terlihat dengan kebiasaan baru bahwa bisa saja para siswa bermain game dengan orang luar negeri, atau masyarakat bisa dengan mudah membeli barang dari luar negeri melalui e-commerce.
"Metode ini mengajarkan siswa untuk menganalisis keadaan sekitar berdasarkan ilmu yang diajarkan guru atau dosen. Pengamatan, analisa, perbandingan sehingga menciptakan sesuatu yang menarik dan mendalam,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan terdapat beberapa cara para pengajar menerapkan pembelajaran berbasis HOTS. Salah satu diantaranya yakni pengajar memancing siswa-siswi untuk berpikir kritis, berpikir kreatif, mampu berargumen dan mengambil keputusan. Caranya bisa dengan memberikan bahan diskusi yang familiar secara bertahap.
“Misalnya disuruh untuk menjawab olahraga apa yang berat. Sebutkan satu olahraga tanpa alasan. Nah disini setiap pelajar akan memiliki jawaban yang berbeda-beda. Setelah itu baru perintahkan pelajar untuk memberi alasan atas jawabannya,” ujar Prof Richardus.
Imbuhnya, dengan metode ini para guru bisa melihat dan mengetahui sejauh mana para siswa mampu berpikir kritis dan kreatif.
Advertisement