Dosen UIN Diduga Hina NU, Ini Klarifikasinya
Nama dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Zubair, M.Ag mendadak viral karena telah menghina Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini berawal dari diskusi melalui zoom dengan tema Diskusi Ilmu Kalam atau Teologi Islam pada perkualiahan hari Senin, 1 Oktober 2021.
Dalam acara itu, Zubair menyebut NU menganut teonologi Asy'ariyah yaitu salah satu aliran dalam ilmu kalam. Menurutnya, hal itulah yang membuat warga Nahdliyin atau warga NU mengalami kemunduran.
"Asy'ariah itu membingungkan dan tidak produktif, tidak progresif, tidak inovatif, tidak kreatif bikin orang bodoh dan terbelakang itulah Asy'ariyah, makanya NU tidak maju-maju itu karena Asy'ariyah terlalu kuat. Muhammadiyah maju dia, karena memang berkemajuan, dia Mu'tazilah," tutur Zubair dalam video viral tersebut.
Dalam video itu, Zubair juga membandingkan jiwa NKRI yang saat ini dimiliki oleh pengikut NU dan Muhammadiyah. Menurutnya, Muhammadiyah lebih NKRI karena membangun banyak rumah sakit hingga perguruan tinggi di wilayah yang mayoritas nonmuslim.
"NU itu merasa NKRI, tetapi tidak ada dia bangun kampus di tengah-tengah orang Kristen, sementara Muhammadiyah itu membangun Universitas di Maluku, di Ambon, di NTT yang mayoritas Kristen bahkan di Papua. Sekolah Muhammadiyah dari TK sampai perguruan tinggi juga ada," katanya.
Klarifikasi Zubair
Menanggapi video viral tersebut, Zubair mengaku telah berbicara hal tersebut kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia juga meminta maaf kepada seluruh pengikut NU dan Muhammadiyah yang telah tersinggung akibat perkataannya tersebut.
Zubair menyebut bahwa pernyataan dirinya itu merupakan wujud kebebasan berekspresi dalam berakademik.
"Maksud saya sama sekali bukan untuk menyinggung perasaan, tetapi cara saya mengajak mahasiswa berpikir kritis. Mohon maaf jika metode saya kurang bijak. Terima kasih, demikian klarifikasi dan permohonan maaf saya," ujarnya.
Tanggapan PBNU
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imdadun Rahmat pun menanggapi dengan santai terkait hal tersebut.
"Jadi begini, mengenai pendapat seperti ini, itu bukan hal yang baru sebenarnya. Dulu kalangan tradisional umat Islam yang bermazhab bertaklik kepada para ulama itu dianggap jumud, stagnan, gak maju-maju, selalu terbelakang, ketinggalan, dan sebagainya," ujar Imdadun.
Dia tak mempermasalahkan opini yang disampaikan Zubair terkait paham Asy'ariyah. Imdadudin mengatakan anggapan negatif mengenai Asy'ariyah juga sudah terbantahkan.
"Karena justru negara-negara yang mengikuti akidah Asy'ari Maturidi itu mengalami proses keunggulan pradaban, baik pada masa klasik maupun saat ini. Justru mereka yang mengikuti mazhab Asy'ari Maturidi itu menempatkan islam secara moderat, moderat, tidak ekstrem," katanya.
PBNU Maafkan Zubair
Imdadun menegaskan PBNU tak mempermasalahkan pernyataan Zubair. Sebab, hal itu merupakan opini.
"Wong tidak minta maaf saja dimaafkan kok, apalagi minta maaf. Karena kami kan terbiasa menghadapi perbedaan pendapat, kami terbiasa menghadapi kontroversi, wong yang memang betul-betul menghujat, menghina, kami maafkan, apalagi sekadar beropini," katanya.
Menurutnya, NU merupakan organisasi yang menghormati kemajuan. Sehingga, mampu menghormati perbedaan yang ada.
"Wong kita sudah welcome dan mengembangkan dan jadi bagian dari kemajuan modernitas kok, ini yang penting adalah fakta bahwa NU itu merepresentasikan kelompok paham keagamaan," ujarnya.