Dosen UB: Ribuan Mahasiswa Berpotensi Golput pada Pemilu 2019
Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (UB), Andhyka Muttaqin menyebutkan Pemilu 2019 berlangsung pada 17 April 2019. Jadwal tersebut bersamaan dengan minggu efektif perkuliahan di sebagian besar kampus di Indonesia. "Sehingga berpotensi membuat suara mahasiswa memilih untuk golput administratif," katanya. Andhyka menjelaskan, tak hanya di UB saja, namun sebagian besar mahasiswa di seluruh Indonesia berpotensi tidak dapat memilih pada Pemilu 2019. Sebab, mahasiswa tidak bisa memilih di lokasi tempat tinggal kampusnya masing-masing jika tidak mengurus form pindah pilih A5. Sedangkan banyak pertimbangan bagi mahasiswa untuk menggunakan hak suara di daerah asalnya. Pasalnya mahasiswa bakal terkendala masalah biaya pulang ke tempat tinggal asal, waktu, dan lain-lain. "Hanya memilih saja ongkosnya berapa. Sedangkan libur hanya satu hari. Bayangan saya, di UB ini nggak mungkin mahasiswa di luar Jawa Timur bakal memilih," ungkapnya.
Sementara itu, jumlah mahasiswa aktif UB tercatat sejumlah sekitar 55.000 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 persen adalah mahasiswa asal Jawa Timur yang akan menggunakan hak suaranya di daerah asal. "Maka masih ada sebanyak 27.500 mahasiswa yang berpotensi golput pada Pemilu 17 April 2019. Sebagai gambaran mahasiswa UB asal Jabodetabek ada 40 persen yang kuliah di UB," terangnya. Padahal, kampus sebenarnya memiliki peran strategis dalam penyelenggaraan Pemilu. Sebab, ada sekitar 5 Juta mahasiswa di Indonesia sebagai calon pemimpin masa depan serta kelompok ilmuan dan pakar di bidangnya.
"Peran kampus bisa sebagai sarana untuk mengawasi, mengawal maupun mengevaluasi momentum Pemilu 2019. Juga proses pembelajaran politik pada mahasiswa," pungkasnya.