Dosen UB Latih Peternak Berdayakan Hewan Ternak
Melalui program Doktor Mengabdi, empat dosen Universitas Brawijaya (UB) melakukan pemberdayaan masyarakat kepada para peternak sapi perah di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.
Program pemberdayaan dilakukan oleh Kuswati, Tri Eko Susilorini dan Trinil Susilawati dari Fakultas Peternakan serta Ahmad Fauzi dari Fakultas Kedokteran Hewan.
Kegiatan meliputi penyuluhan seperti program inseminasi buatan, pembuatan silase, peningkatan kesehatan indukan, dan pengolahan limbah.
Ketua Tim Doktor Mengabdi, Kuswati, mengatakan bahwa, populasi ternak sapi perah di Desa Krisik mencapai 95 persen, yang setiap harinya menghasilkan sekitar 12 ribu liter susu segar. Namun peternak memiliki kendala dengan produktivitas ternak, persediaan makanan dikala musim kemarau, dan limbah yang melimpah.
"Untuk meningkatkan produktivitas ternak, kami melakukan pelatihan tentang inseminasi buatan, yang dapat memperbaiki mutu genetik, mencegah kemajiran atau mandul dan mencegah penularan penyakit reproduksi," terangnya dalam rilis resmi yang diterima oleh ngopibareng.id, pada Senin 9 Desember 2019.
Selain itu kata Kuswati ada juga pelatihan peningkatan kesehatan induk bagi para peternak. Pelatihan ini menurutnya dibutuhkan untuk mengurangi kematian pada anak sapi atau disebut pedet.
"Sebab pedet yang baru lahir rentan terhadap penyakit, oleh karenanya perlu diberikan perawatan intensif. Caranya menjaga kebersihan kandang, dengan mengandangkan pedet dengan induknya minimal hingga 40 hari setelah lahir," jelasnya.
Selain itu jelas Kuswati, ternak perlu diberi pakan bernutrisi tinggi bagi induk dan anak, serta persediaan air minum yang harus selalu ada.
Di sisi lain terang Kuswati, kawasan desa tersebut limbah perkebunan dan pertanian melimpah-ruah dan belum termanfaatkan.
"Padahal limbah yang berasal dari bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, jagung, dan ongok dapat dijadikan sebagai konsentrat yang kaya protein," terangnya.
Sedangkan Kuswati menjelaskan bahwa limbah tebon jagung, tebon padi, dan rumput gajah dapat diolah sebagai silase, yaitu berupa pakan berkadar air tinggi dari hasil fermentasi, sebagai cadangan makanan di kala musim kemarau.
"Sementara limbah dari kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai biogas dan pupuk kompos," ucapnya.
Untuk memudahkan pemberian pakan maupun pengolahan silase, tim doktor mengabdi memberikan hibah berupa satu unit mesin copper hijauan.
"Peternakan di Desa Krisik ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Apabila peternak mampu menerapkan program-program tersebut, maka otomatis menambah income untuk meningkatkan perekonomian," tutupnya.