Dosen ITS Kembangkan Implan Lokal, untuk Kurangi Impor Implan
Implan merupakan suatu peralatan medis yang dibuat untuk menggantikan struktur dan fungsi suatu bagian biologis. Saat ini implan yang ada di Indonesia, 95 persen implan masih mengandalkan impor. Sedangkan 5 persen lainnya diproduksi di dalam negeri.
Guna menekan angka impor implan, dosen Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Fahmi Mubarok ST MSc PhD menggagas inovasi mengenai Peningkatan Kualitas Mekanik Implan Tulang Stainless Steel AISI 316L Lokal melalui Mofidikasi Struktur Mikro dengan Proses Thermal-Cycling.
"Secara garis besar, penelitian kami (Fahmi dan tim) mengkaji mengenai biomaterial implan, yakni implan bermaterial logam yang digunakan dalam dunia medis," ungkap Fahmi biasa disapa.
Penelitian yang turut melibatkan mahasiswa ini menggunakan metode thermal-cycling. Yakni metode yang memperhatikan pengaruh variasi suhu siklus termal.
Diawali dengan tahap pengecoran, kekuatan implan hanya akan meningkat sedikit yakni sebesar 560 megapascal (MPa) dibandingkan standar kekuatan tariknya yang sebesar 490 MPa. Padahal, kekuatan produk implan dari Eropa, khususnya Swiss mampu menembus angka 800 MPa.
Setelah melakukan pengecoran, Fahmi memberikan perlakuan rolling hingga ketebalan implan berkurang setengahnya. Selanjutnya dilakukan thermal-cycling dengan memanaskan produk di temperatur 90 derajat selama 35 detik, kemudian didinginkan.
"Proses tersebut diulang beberapa kali hingga butiran struktur mikronya mengalami perubahan menjadi sangat kecil," ujarnya.
Pasalnya, beber Fahmi, yang membedakan produk implan lokal dengan impor adalah struktur mikronya. Semakin kecil ukuran mikronya, maka semakin tinggi pula kualitas implan tersebut.
"Namun, melalui modifikasi struktur mikro, produk implan kami berhasil mencapai kekuatan 800 MPa dengan melewati beberapa proses," imbuh lelaki yang mendapat gelar doktornya di Norwegian University of Science and Technology (NTNU) tersebut.
Menurut jenisnya, lanjut Fahmi, implan terbagi menjadi dua, yakni implan trauma dan implan permanen. Saat ini, Fahmi baru mengembangkan implan jenis trauma, yaitu implan yang digunakan secara temporary setelah pasien mengalami kondisi trauma seperti kecelakaan dan patah tulang. Sedangkan implan permanen adalah implan yang digunakan secara terus-menerus.
Kedepannya, Fahmi menargetkan di penelitian selanjutnya dapat mengembangkan implan trauma yang bebas dari kandungan nikel (nikel-free).
"Sebab, beberapa studi di luar negeri mengungkapkan bahwa logam tertentu, khususnya nikel, dapat menimbulkan iritasi di tubuh manusia. Hingga kini, di Indonesia belum terdapat produk implan nikel-free, sehingga di akhir tahun 2020 ini kami akan berupaya untuk mengkajinya," pungkas lulusan Teknik Material Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Advertisement