Dosen ITS Ciptakan Pengatur Suhu Otomatis Budidaya Jamur Tiram
Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan alat otomatis mengatur kelembahan suhu untuk budidaya jamur tiram.
"Jamur tiram akan tumbuh optimal jika berada di lingkungan dengan suhu kamar atau sekitar 27 sampai 28 derajat Celcius. Untuk tetap menjaga suhu tersebut diperlukan monitor secara berkala yang cukup merepotkan petani jamur tiram," kata Ketua Tim yang juga menjabat Kepala Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam ITS, Dr Lila Yuwana.
Kelembaban suhu dalam budidaya jamur sangat penting diperlukan, karena dengan suhu dan kelembaban yang stabil maka hasil panen akan optimal.
Para petani jamur tiram biasanya harus menyesuaikan suhu dengan daerah budidaya. Seringkali petani menggunakan cara manual untuk menjaga dan pengaturan suhu dalam kumbung jarum tiram.
Oleh karena itu, untuk memudahkan petani mengatur suhu tersebut, Lila bersama timnya membuat inovasi berupa sistem otomasi kelembaban suhu.
Lila menjelaskan, pada sistem yang dibangun ini, terdapat tiga macam jenis penyiraman yang bisa dilakukan untuk menjaga suhu ekosistem jamur tiram.
Cara pertama, penyiraman yang terintegrasi dengan sensor kelembaban dan suhu. Ketika keadaan ekosistem tidak dalam kondisi yang ideal bagi jamur tiram, alat ini akan dengan otomatis menyiramkan air dalam bentuk kabut agar seluruh ruangan.
Cara kedua, penyemprotan berbasis timer. Pada jenis ini penyemprotan akan dilakukan secara berkala sesuai waktu yang ditentukan petani.
"Terakhir adalah cara manual, di mana petani jamur tiram bisa mengaktifkan penyemprotan jika dirasa perlu secara manual. Karena sistem ini sangat bergantung pada koneksi internet, maka untuk mengatasi kemungkinan jaringan buruk disediakan tombol power untuk aktivasi,” katanya.
Kata Lila, alat ini dilengkapi oleh kamera web untuk memantau jamur tiram dari jarak jauh. Tidak seperti tanaman padi yang memiliki masa panen tertentu, jamur tiram dapat dipanen kapan saja ketika dia sudah besar dan mekar.
Selain itu, alat ini juga diperlukan daya listrik. Apabila lokasi rumah jamur belum teraliri listrik, bisa ditambahkan panel surya sebagai penyedia energi alternatif.
"Panel surya yang kami rancang bersifat portabel sehingga bisa dipindahkan dengan mudah,” kata dosen yang memiliki bidang keahlian Fisika Teori ini.
Karena mendapatkan respon positif, Lila dan timnya berniat melanjutkan penelitian pada tahun 2021 mendatang.
"Kami akan menambah jenis olahan jamur tiram yang lebih variatif, membantu mengurus sertifikasi halal, hingga pembuatan merek dagang dan platform pemasaran agar membantu meningkatkan ekonomi petani jamur," katanya.