Dosen FISIP UB Soroti Kerentanan Perempuan Adat di Perbatasan
Dua Dosen Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB), Wida Ayu Puspitosari dan Dewi Puspita Rahayu, menyoroti kerentanan yang dialami oleh perempuan adat di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Wida Ayu Puspitosari mengatakan, bahwa studi terkait wilayah perbatasan di Indonesia bagian timur masih minim dilakukan oleh para akademisi. Studi yang dilakukan ini katanya juga sekaligus menjadi bentuk dari pengabdian masyarakat.
"Kegiatan ini berfokus pada peningkatan kapasitas perempuan dalam mengidentifikasi permasalahan dan potensi desa," ujarnya pada Kamis, 21 Juli 2022.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di wilayah tersebut kata Wida, banyak perempuan adat yang mengalami kerentanan terutama terkait dengan pemenuhan hak-hak ekonominya.
“Perempuan memiliki posisi yang lemah jika harus bernegosiasi dengan adat, padahal perempuan sendirilah yang mampu mengidentifikasi jerat adat dan berupaya menggerakkan perubahan sosial,” katanya.
Maka dari itu, berdasarkan identifikasi masalah sosial tersebut, Wida menawarkan tiga poin rekomendasi agar perempuan adat bisa memenuhi hak-hak ekonominya.
"Pertama optimalisasi dana desa untuk menopang kewirausahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberdayakan kemandirian perempuan secara ekonomi," ujarnya.
Lalu poin kedua, kata Wida, yaitu negosiasi kelompok perempuan dengan lembaga adat untuk mendukung transformasi sosial tanpa mengurangi esensi nilai-nilai budaya yang ada.
"Negosiasi ini ditujukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang disebabkan oleh aspek kultural,” katanya.
Selanjutnya, kata Wida, yakni dengan memprioritaskan dana desa kepada para perempuan. Hal ini ditujukan untuk memberikan proteksi baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.
“Untuk poin ini tujuannya agar bisa mengurangi angka pernikahan dini dan kematian ibu,” ujarnya.
Advertisement