Dorong Akselerasi Pendirian Pusat Kebudayaan Islam Indonesia, Ini Langkah Muhammadiyah
“Pusat Kebudayaan Islam Indonesia diproyeksikan menjadi ikon bangsa, yaitu sebagai wahana pengembangan kebudayaan yang berwawasan keislaman dan keindonesiaan,” kata Syukriyanto AR.
Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah, Syukriyanto AR, mengungkapkan, pihaknya tengah mendorong akselerasi pendirian Pusat Kebudayaan Islam Indonesia.
“Pusat Kebudayaan Islam Indonesia (PUSKIINDO) ini diproyeksikan menjadi ikon bangsa, yaitu sebagai wahana pengembangan kebudayaan yang berwawasan keislaman dan keindonesiaan,” tuturnya, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Kamis (5/7/2018).
Selain itu, juga merangkum berbagai gagasan kreatif dan alternatif guna mewujudkan pendirian Pusat Kebudayaan Islam Indonesia (PUSKIINDO) yang mampu mengintegrasikan religiusitas (Ilahiyah: hablumminallaah) dengan humanitas (insaniyah: hablumminannaas),” tutur Syukriyanto.
Sebelumnya, Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PP Muhammadiyah menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk menggagas pendirian Pusat Kebudayaan Islam Indonesia yang berbasis Keislaman dan Kebangsaan. Kegiatan ini membahas beberapa tema:
Pertama, mencari Desain Master Plan Pusat Kebudayaan Islam Indonesia (PUSKIINDO) yang multifungsional.
Kedua, kebudayaan religius yang berwawasan global untuk menunjang terwujudnya revolusi mental bangsa Indonesia.
Ketiga, membangun kebudayaan berwawasan keislaman dan kebangsaan guna memperkokoh NKRI.
Keempat, membangun Pesantren Budaya yang progresif, prospektif, produktif, pluralistik, dan berbasis budaya profetik. Kelima, mengembangan budaya multikultural yang berkemajuan dan berperadaban untuk penguatan ideologi Pancasila.
Selain itu, kegiatan ini diharapkan bisa menjaring berbagai gagasan cerdas guna menyusun langkah-langkah taktis strategis dalam upaya akselerasi rencana pendirian Pusat Kebudayaan Islam Indonesia. Selain itu, juga menyusun program-program pengembangan kebudayaan yang berwawasan keislaman dan keindonesiaan dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal, nasional, dan universal yang merupakan pengejawantahan dari Islam sebagai rahmatan lilaalamiin, rahmat bagi seluruh alam.
Terakhir, FGD ini bertujuan merumuskan aktivitas pengembangan kebudayaan Islam Indonesia yang dapat menjadi wahana bagi Pendidikan Karakter bangsa yang religius, toleran, peduli, berempati, dan mampu menghargai keberagaman (pluralitas) dan keadilan gender.
Acara yang digelar di Aula Kantor PP Muhammadiyah, Jl Cik Ditiro No 23 Yogyakarta hadir sebagai narasumber utama FGD ini adalah Siti Chamamah Soeratno dan Shri Ahimsa Putra dari Fakultas Ilmu Budaya UGM. Ada juga nama budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Amin Abdullah dari UIN Sunan Kalijaga dan Musa Asy’ari dari UM Surakarta. (adi)